Kusta di Indonesia
Indonesia masih menempati posisi tiga terbesar penderita kusta di dunia. Data 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa jumlah penderita kusta jumlahnya stagnan antara 16.000-18.000 penderita yang berarti jumlahnya 6,6 penderita per 1000.000 penduduk. Sebuah angka yang cukup besar, padahal pemerintah sendiri mentargetkan kurang dari satu penderita per satu juta penduduk.
Tantangan yang dihadapi dalam pemberantasan kusta antara lain adanya keterlambatan dalam temuan penderita baru dan penanganannya. Selain itu pasien kusta merasa kesulitan mendapatkan pelayanan yang memadai dan kurangnya informasi tentang penanganan kusta. Hal ini menyebabkan peningkatan resiko penularan dan munculnya kasus baru kusta.
Untuk mengatasinya diperlukan penyebaran informasi tentang kusta yang lebih masif dan komprehensif. Media adalah salah satu sarana yang diharapkan dapat menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat ini. Penyampaian informasi melalui media dapat dilakukan melalui media sosial, berita online, media elektronik, pers mahasiswa maupun jurnalis warga. Karena di era internet ini siapapun dapat berkontribusi dalam penyebaran informasi.
Untuk memberi pemahaman yang benar tentang kusta maka dibutuhkan informasi yang valid dan mudah di pahami oleh masyarakat. Harapannya agar hoaks, mitos dan stigma negatif seputar kusta dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan dari masyarakat, sehingga para penderita kusta dan Orang yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK) tidak lagi mendapatkan diskriminasi dan dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta
Oleh karena itu Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia membahas tentang Peran Media Dalam Menyuarakan Isu Kusta melalui Live Youtube pada tanggal 31 Oktober 2023 pukul 09.00-10.00 yang menghadirkan Bapak Ajiwan Arief Hendradi, S.S yang merupakan redaktur dari Solidernews.com sebagai narasumber. Dan acara dipandu oleh Bapak Rizal Wijaya.
Solidernews sendiri adalah sebuah media yang mewadahi aspirasi, potensi dan mensosialisasikan isu difabel kepada masyarakat luas. Media yang didirikan oleh sejumlah aktivis difabel di lembaga Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia ini lahir karena keprihatinan atas minimnya ruang untuk isu difabel dalam sirkulasi informasi di negara kita baik secara kuantitas maupun kualitas. Informasi yang beredar cenderung tidak berpihak dan masih mendiskreditkan para difabel.
Menurut Bapak Ajiwan, media memiliki peran yang cukup efektif untuk menyuarakan isu kusta ke masyarakat. Media dinilai bisa menjadi corong dalam menyampaikan informasi tentang kusta dengan benar. Hal ini diwujudkan oleh SoliderNews dengan cara menjalin jejaring dengan pihak yang berkaitan, misalnya untuk isu kusta bekerja sama dengan NLR Indonesia, untuk kemudian menerbitkan tulisan, liputan dan opini yang berkaitan dengan kusta. Terutama bagaimana untuk mengatasi kusta dan mengadvokasi isu kusta di masyarakat. Selain itu juga telah tiga tahun berturut-turut Solidernews memberikan pelatihan jurnalistik pada teman NLR Indonesia agar mereka dapat menyuarakan isu kusta melalui media sosial yang mereka miliki.
Untuk menjawab tantangan dalam menyampaikan isu kusta ke masyarakat, SoliderNews menggunakan pengemasan yang lebih menarik dan mengambil sudut yang berbeda. Cara ini dianggap efektif terbukti dengan antusiasnya pembaca terutama para OYPMK untuk membaca dan membagikannya lagi di media sosial mereka.
SoliderNews juga membuka kesempatan bagi teman OYPMK maupun masyarakat umum untuk ikut serta berkontribusi ke SoliderNews selama masih mematuhi kaidah jurnalistik yang berlaku.
Kesimpulan
Di akhir diskusi Bapak Ajiwan mengatakan bahwa saat ini secara umum keberpihakan media untuk isu disabilitas dan kusta masih sangat minim, sedangkan dari sisi Solidernews sendiri masih kekurangan SDM yang dapat berkontribusi untuk menyajikan informasi seputar difabel. Untuk itu Solidernews membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para OYPMK maupun masyarakat umum untuk berkontribusi baik melalui Solidernews atau menyuarakan secara pribadi melalui media sosial, agar informasi yang benar tentang kusta yang benar dapat tersampaikan ke masyarakat luas.
Sebagai penutup, Bapak Ajiwan juga menyampaikan pesan untuk OYPMK agar lebih berdaya diantaranya dengan penerimaan diri dan melakukan pengobatan secara teratur. Untuk meminimalisir stigma dapat dilakukan dengan mencari dukungan dari lingkungan sekitar dan juga berjejaring dengan lembaga terkait seperti NLR Indonesia.
Sebagai informasi tambahan, NLR Indonesia sendiri adalah sebuah yayasan nirlaba nonpemerintah (LSM) yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang yang mengalami disabilitas termasuk akibat kusta.
Sedangkan KBR.Id atau Kantor Berita Radio merupakan lembaga penyedia berita radio independen di Indonesia yang berjejaring dengan 350 radio di seluruh Indonesia. Salah satu program KBR adalah Ruang Publik yang mengangkat isu penting yang berkembang di masyarakat. Salah satu contohnya adalah diskusi Ruang Publik "Peran Media Dalam Menyuarakan Isu Kusta" yang merupakan hasil kerjasama antara KBR.Id dengan NLR Indonesia yang dapat di dengarkan melalui 105 Radio Jaringan KBR.Id atau melalui Live Youtube Berita KBR dan NLR Indonesia. Untuk wilayah Jakarta dapat di dengar melalui saluran 104,2 MSTRI FM.
Demikian sedikit ulasan mengenai Peran Media Dalam Menyuarakan Isu Kusta, semoga bermanfaat bagi teman-teman semua.
0 comments