Konten [Tampil]
Bisa berkumpul dengan keluarga besar merupakan kebahagiaan tersendiri. Namun untuk melakukannya tak semudah membalik telapak tangan. Jenis pekerjaan yang berbeda adalah salah satu alasannya.
Pada saat lebaran pun belum tentu semuanya bisa berkumpul di waktu yang sama, karena masing masing sudah berkeluarga dan memiliki rencana dengan keluarga masing-masing.
Bahkan beberapa pekerjaan justru semakin sibuk di saat orang lain merayakan liburan. Dan ini terjadi di keluarga besar kami. Oleh karena itu jika ada acara keluarga harus direncanakan jauh hari sebelumnya agar bisa mengatur jadwal. Walaupun begitu belum bisa menjamin sepenuhnya, terkadang keputusan ikut atau tidaknya harus menunggu hari H terlebih dahulu untuk memastikannya.
Belum tentu setahun sekali keluarga kami bisa berkumpul secara lengkap. Oleh karena itu jika ada kesempatan, sebisa mungkin keluarga kecil kami bergabung. Namun ada kalanya hanya saya dan anak-anak yang memiliki waktu libur, sedangkan Paksu harus masuk kerja.
Keluarga besar kami tentunya sudah memahami resiko ini, dan mereka menyadari sepenuhnya. Walaupun hati sedih tapi mau bagaimana lagi.
Misalnya saja dua tahun yang lalu. Dari jauh hari sudah rencana sudah dibuat tapi karena Paksu sedang repot dengan pekerjaannya, terpaksa hanya saya dan anak-anak yang berangkat. Karena saya tidak bisa mengemudikan mobil, kami pun naik kereta api.
Sebuah pengalaman baru bagi saya, pertama kalinya naik kereta api hanya bersama anak-anak. Untunglah anak-anak sudah cukup besar sehingga mereka bisa menjaga diri mereka sendiri.
Di tahun berikutnya ada kesempatan lagi untuk berkumpul bersama keluarga besar. Kali ini kami janjian bertemu di kota Blitar. Tak hanya menghabiskan waktu libur, tapi juga mengunjungi saudara yang kediamannya tidak jauh dari makam Bung Karno.
Kali ini pak Suami belum bisa menjanjikan bisa ikut atau tidak. Anak-anak sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Jadi mereka pun sudah siap menerima jika ternyata pada hari H ayahnya harus bekerja.
Untunglah pada saat hari yang dinantikan itu tiba, Paksu bisa mengajukan izin. Saya pun segera bersiap-siap. Secepat mungkin menyiapkan pakaian ganti dan sedikit oleh oleh untuk keluarga yang akan kami kunjungi di Blitar dan keluarga Paksu yang dari Surabaya.
Jarak tempat tinggal kami dengan kota Blitar tak begitu jauh. Kurang lebih satu setengah jam kami menempuh perjalanan. Saat itu kami belum tahu apakah akan menginap atau tidak karena belum tahu rencananya mau kemana saja. Ketidak pastian, membuat kami menahan diri untuk bertanya.
Sesampainya di kota Blitar, kami segera menuju ke rumah Bulik. Beberapa saat kemudian rombongan dari Surabaya pun datang. Suasana pun berubah menjadi ramai. Anak-anak senang sekali karena bertemu dengan sepupu-sepupunya yang sudah lama tidak bersua.
Suasana haru sempat hadir saat kami mengenang keluarga yang berpulang saat pandemi. Sebuah kepergian yang begitu tiba-tiba dan tak di sangka-sangka.
Kembali lagi kami disadarkan, betapa keluarga itu sangat berarti, jangan sampai kita menyadarinya saat sudah tiada. Maut adalah rahasia Tuhan, yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Dari semua hal penting yang kita miliki, yang paling utama adalah keluarga. Selalu berikan waktu terbaik untuk keluarga, jangan sampai kita menyesalinya.
Malam itu ternyata kami tidak bisa menginap karena tiba-tiba ayahnya anak-anak ada panggilan pekerjaan esok paginya. Sedangkan keluarga dari Surabaya tetap pada rencana semula yaitu menginap satu malam. namun karena tidak ingin merepotkan tuan rumah, mereka memilih untuk tidur di hotel.
Beruntung sekarang zamannya ponsel pintar, sehingga untuk memesan kamar hotel pun tinggal membuka aplikasi booking hotel. KIta bisa memesan hotel sewaktu-waktu dengan mudah dan cepat. Melalui aplikasi booking hotel kita bisa memilih kamar sesuai kebutuhan, apa saja fasilitasnya bahkan testimoni dari orang-orang yang pernah menginap di hotel tersebut sebelumnya.
Di Kota Blitar yang memiliki beberapa destinasi wisata, tentunya banyak hotel yang bisa dijadikan pilihan.
Malam itu kami pulang dengan perasaan bahagia dan sedikit kecewa. Bahagia karena bisa bertemu dengan keluarga, dan sedikit kecewa karena tidak bisa bertemu lebih lama. Namun demikian kami tetap bersyukur karena sudah memiliki kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga besar. Sebuah moment yang berharga.
Bapak Mertua pernah berpesan kepada kami untuk terus menjalin silaturahmi dengan saudara. Terutama anak-anak jangan sampai tidak kenal dengan saudara lainnya. Bukanlah hal yang sulit namun juga tidak mudah untuk melakukannya.
Bukan hal yang sulit karena sekarang zaman internet, dengan mudah kita terhubung dengan orang lain walau terpisahkan jarak. Namun, komunikasi di media sosial saja akan membuat kita akrab? Terkadang hanya meriah di awal saja dan kembali sepi di waktu selanjutnya.
Tetap saja, di zaman media sosial seperti sekarang ini, jika memungkinkan pertemuan adalah kunci.
Perjumpaan langsung menjadi cara yang paling efektif untuk mempererat persaudaraan. Dengan bertemu kita bisa saling bersalaman, memahami pembicaraan, melihat gestur. Hal hal kecil yang tidak kita jumpai di dunia maya yang memberikan perasaan dan keeratan yang berbeda. Membuat kita saling mengenal satu sama lain.
Bagaimana menurut teman-teman? Apakah setuju dengan pendapat saya?
1 comments
Kalau sudah tuntutan pekerjaan dan dipisahkan jarak memang sulit mengatur pertemuan, pastinya nyari celah di hari libur, tapi cuma satu hari dan enggak bisa sepenuhnya. Padahal ini yang memperkuat ikatan keluarga kembali, rasanya bahagia banget kalau sudah bisa ketemu. Terima kasih sharingnya!
BalasHapus