Konten [Tampil]
Memiliki anak-anak yang memiliki wawasan luas tentunya idaman semua orang tua. Berbagai cara bisa dilakukan seperti mengenalkan dengan buku, mendongeng atau bahkan mengajak mereka untuk travelling. Ah saya jadi teringat masa anak-anak saya masih kecil. Banyak yang menganggap ketiga anak saya sangat merepotkan. Tak heran banyak orang yang berpendapat seperti itu. Karena dilihat dari keseharian mereka yang hampir tidak bisa diam. Bisa dikatakan mereka 'anteng' kalau sedang tidur saja.
Saat saya mengajak ketiga anak saya keluar rumah, seperti melihat pameran, banyak yang heran. Mereka pikir pasti akan sulit sekali 'mengendalikan' ketiga anak saya yang semuanya tidak bisa diam itu. Tapi saya kan ibunya, saya yang setiap hari bersama mereka dan saya pula yang paling mengenal mereka. Nyatanya, dengan cara saya, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan meskipun kami kemana-mana berempat, #LifeYourWay.
Pasti ada yang bertanya kemana Bapaknya? Pada saat itu Bapaknya anak-anak tengah sibuk dengan pekerjaannya. Kadang tidak punya waktu untuk mengajak anak-anak keluar untuk jalan-jalan. Sampai-sampai saya pernah nekat. Saat anak ketiga masih berumur 4 tahun, anak kedua 5 tahun dan anak pertama 7 tahun saya mengajak mereka ke Malang Kota dengan naik angkutan umum.
Saat itu saking kesalnya dengan Bapaknya anak-anak yang tak pernah punya waktu, saya nekat hanya berempat saja dengan anak anak ke Kota Malang naik angkot. Sengaja memang saya tidak pamitan sejak awal karena takut tidak mendapat izin. Begitu setengah perjalanan, barulah saya minta izin kepada Bapaknya anak-anak..
Ketiga anak saya yang saat itu sudah lama tidak diajak jalan-jalan nampak senang sekali meskipun hanya ke alun-alun kota. Walaupun sendirian menjaga mereka namun saya yakin anak-anak dan saya akan baik-baik saja sampai rumah. Terbukti meskipun di tempat ramai, mereka tetap bersenang senang dan tidak melakukan perbuatan yang membahayakan dirinya maupun mengganggu kenyamanan orang lain.
Dan ternyata, masalah muncul setelah pulang karena saya dimarahi oleh Bapaknya anak-anak. Saya tenang saja, toh tidak ada yang terjadi. Dan memang untuk situasi seperti ini lebih baik dimarahi daripada minta izin. Eh #LifeYourWay ala saya yang ini jangan ditiru ya..
Berbekal pengalaman itulah saya turut mengiyakan saat ada rencana turnamen sepak bola ke Pulau Bali yang diadakan oleh Sekolah Sepak Bola tempat anak saya bernaung. Namun kali ini dengan seizin Bapaknya anak-anak. Saya nekat ikut karena alasan yang sama, kalau menunggu Bapaknya anak-anak entah kapan akan terwujud. Saat itu dua anak saya yang laki-laki ikut karena menjadi pemain, sedangkan anak perempuan saya ikut serta karena sayang jika tidak merasakan pengalaman yang sama dengan kedua saudaranya.
Demi mengikuti turnamen itu saya berhemat dan menabung untuk biaya kami berempat. Sengaja memang saya tidak minta uang ke Bapaknya, karena saya ingin anak-anak merasakan hasil jerih payah mamanya walaupun kerja dari rumah saja.
Dua kali turnamen ke Pulau Dewata itu memberikan banyak kesan bagi kami meskipun tidak banyak tempat wisata yang kami datangi. Lokasi turnamen justru membuat kami lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat setempat. Kurang lebih 4 hari lamanya merasakan hidup di pedesaan Bali. Kami bisa mengobrol dengan anak-anak Bali dengan dialeknya yang khas dan melihat kebiasaan sehari hari warga di sekitar penginapan.
Di sore hari setelah pertandingan usai kami menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat wisata terdekat. Seperti pusat oleh-oleh atau pasar tradisional. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Tak hanya mengikuti turnamen namun juga berwisata, benar-benar #LifeYourWay.
Berkat pengalaman itulah kami jadi merasakan sendiri betapa masyarakat Bali sangat menghargai perbedaan. Kebetulan di turnamen yang pertama kami menginap di lingkungan yang tidak hanya beragama Hindu tapi juga muslim. Kami bisa mendengar adzan saat waktu sholat tiba tapi kami juga menjumpai canang yang ada di setiap sudut desa.
Kami pun merasakan sendiri betapa Pulau Bali adalah tempat yang aman. Meskipun daerah wisata, kita tidak perlu takut kehilangan barang karena tak seorangpun yang akan mengambilnya.
Pengalaman bersama anak-anak ini mengajarkan banyak hal kepada saya. Apapun yang dikatakan orang-orang tentang anak-anak, tetaplah saya sebagai ibunya yang mengenalnya. Saya yang membersamai mereka, maka saya pulalah yang dapat menemukan cara bagaimana membuat mereka tahu hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ala saya #LifeYourWay. Perjalanan ini pun membuat saya semakin memahami dan dekat dengan anak-anak.
Travelling juga menambah pengalaman anak-anak. Tak sekedar mengetahui tempat-tempat baru tapi juga memberi wawasan kepada mereka betapa banyak hal yang dapat kita pelajari di setiap perjalanan. Ada banyak keindahan alam dan budaya yang mereka temui. Juga belajar bagaimana menyelesaikan masalah disaat ada peristiwa tidak terduga dan menambah kepercayaan diri mereka.
Pengalaman menyenangkan selama travelling ini membuat saya ingin mengajak anak-anak untuk melakukan perjalanan kembali. Namun pandemi menunda cita-cita itu untuk sementara. Kini saya berusaha untuk mewujudkannya. Jika kemarin kami menempuh perjalanan ke arah timur, kedepannya saya bercita-cita mengajak anak-anak akan menuju arah barat untuk mencari kitab suci eh berwisata.
Tujuan selanjutnya adalah ke Yogjakarta. Harapannya semua anggota keluarga bisa ikut. Sedih sebenarnya mengingat jarak Malang-Yogyakarta yang hanya semalam naik bus, namun saya belum sempat mengajak anak-anak ke sana. Padahal Yogya memiliki banyak hal untuk dinikmati.
Alasan saya ingin mengajak anak-anak ke Yogyakarta adalah jaraknya tidak terlalu jauh dengan kota kami. Dengan mengunjungi Yogyakarta anak-anak tak hanya menikmati tempat wisata namun juga budaya daerahnya yang sangat berbeda dengan budaya di daerah kami maupun dengan Pulau Bali yang pernah mereka kunjungi. Untuk ke Yogyakarta biayanya masih terjangkau dengan demikian saya tak butuh waktu terlalu lama untuk menabung dan menjadikannya nyata.
Seperti yang kita tahu Yogyakarta memiliki banyak sekali pilihan wisata. Karena tujuan utama saya adalah mengenalkan anak-anak pada sejarah dan Budaya, maka Candi Borobudur dan Candi Prambanan harus masuk dalam daftar tempat yang akan dikunjungi. Walaupun demikian, saya tidak serta merta memasukkannya dalam daftar itinenary, setidaknya saya obrolkan dahulu dengan anak-anak. Walaupun pada akhirnya mereka pasti setuju, tapi tak ada salahnya melibatkan mereka pada saat membuat rencana perjalanan.
Dan jangan sampai lupa untuk mengunjungi Malioboro. Rasanya kurang lengkap kalau jalan- jalan ke Yogyakarta tanpa mengunjungi Malioboro.
Alih-alih mengatur semuanya sendiri, saya akan melakukan beberapa hal berikut ini agar perjalanan kami nantinya tak hanya menyenangkan tapi juga meninggalkan kesan yang mendalam bagi kami semua.
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan perjalanan bersama anak:
1. Mendiskusikan tempat wisata yang akan dikunjungi. Agar tak membosankan, tempat wisata yang mengandung unsur sejarah dan budaya diselingi dengan tempat wisata hiburan. Mendiskusikan itinenary ini juga bermanfaat untuk mengatur waktu perjalanan sehingga lebih optimal.
2. Buatlah check list barang yang akan dibawa sehingga tidak ada yang ketinggalan. Libatkan anak dalam menata barang yang dibawa sehingga mereka bisa mengambilnya sendiri pada saat dibutuhkan.
3. Menentukan hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan saat perjalanan. Misalnya saja meminimalisir penggunaan ponsel untuk permainan dan media sosial. Ponsel hanya digunakan untuk chat sesuai kebutuhan dan untuk mengambil gambar.
4. Memberikan pembekalan tentang tempat wisata yang akan dikunjungi. Dengan demikian pada saat di lokasi wisata anak-anak sudah kenal dengan tempat wisata tersebut. Mereka dapat mencocokan antara pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dengan keadaan di tempat wisata yang sebenarnya. Hal tersebut dapat meninggalkan kesan yang mendalam pada tempat wisata yang dikunjungi, tidak sekedar datang dan mengabadikannya lewat gambar saja.
5. Terbuka tentang budget. Saat ini anak-anak sudah cukup besar untuk memahami tentang keuangan. Bagaimanapun uang tak jatuh begitu saja dari langit. Sebelum perjalanan dimulai menurut saya lebih baik anak-anak mengetahui berapa jatah jajan harian mereka dan jatah untuk membeli oleh oleh diluar kebutuhan untuk makan bersama. Dengan demikian anak-anak dapat menyesuaikan dengan jumlah uang yang mereka miliki dengan barang yang ingin mereka beli. Tapi, anak-anak biasanya memiliki tabungan sendiri dan saya membebaskan mereka untuk menggunakannya sesuai keinginan mereka.
6. Mendiskusikan sarana transportasi yang akan dipakai. Di keluarga saya, hanya Bapaknya anak-anak yang memiliki kemampuan untuk menyetir mobil. Jika tujuan utama untuk menikmati wisata, maka saya lebih memilih menggunakan sarana transportasi umum. Dengan demikian kami semua memiliki waktu istirahat yang cukup dan dapat menikmati perjalanan. Dan yang menjadi pilihan pertama saya adalah naik kereta api.
Naik kereta api di zaman sekarang cukup nyaman karena serba teratur. Semua penumpang mendapat tempat duduk dan duduknya sesuai dengan nomor bangku yang didapat saat membeli tiket. Hal tersebut memberikan kenyamanan pada penumpang disaat menempuh perjalanan jauh sekalipun.
Proses pembelian tiket pun dapat dilakukan dengan mudah karena kita dapat memesannya melalui Traveloka jauh jauh hari. Tak jarang kita akan mendapat harga promo jika sedang beruntung.
Keuntungan membeli tiket kereta api di Traveloka selain kemudahan membeli secara online antara lain :
1. Sistem Traveloka dirancang khusus sehingga terhubung langsung dengan PT KAI dan Railink. Sehingga tiket dan kursi anda terjamin sesuai dengan pilihan anda.
2. Check in dengan mudah. Hanya dengan menunjukkan barcode yang diberikan setelah anda sukses membeli tiket.
3. Pilihan pembayaran beragam. Anda dapat melakukan pembayaran melalui ATM, m-banking, kartu kredit,Alfamart dan Indomart terdekat.
4. Harga terbaik. Selain promo pada hari-hari tertentu, dapatkan juga promo khusus bagi anda member Traveloka dan pelanggan newsletter dari Traveloka.
5. Jadwal lengkap. Melalui Traveloka anda bisa melihat jadwal kereta api lengkap hingga 90 hari ke depan untuk semua kelas, baik ekonomi, bisnis maupun eksekutif.
6. Transaksi online yang terjamin keamanannya. Traveloka menggunakan teknologi yang terontetikasi menjamin privasi dan keamanan transaksi online anda.
7. Ada kemudahan untuk menggunakan sistim Paylater. Walaupun caranya bisa dibilang mudah tapi saya menjadikannya opsi terakhir. Namun jika anda mengalami saat darurat dan mendesak, tidak ada salahnya memanfaatkan fitur ini.
8. Dapatkan kemudahan akses fasilitas kereta api Train Plus tambahan untuk kenyamanan selama perjalanan. Fasilitas tambahan yang tersedia antara lain layanan tes Covid-19 dan safe travel kit, berbagai pilihan layanan hiburan dan aneka pilihan makanan.
9. Selalu update tentang peraturan perjalanan menggunakan kereta api pasca pandemi. Sebelum melakukan perjalanan anda dapat mengecek peraturan terbaru naik Kereta Api melalui aplikasi maupun website Traveloka.
Nah itulah berbagai kemudahan yang anda dapatkan jika memesan tiket kereta api melalui Traveloka. Saat tiba di kota tujuan anda pun tak perlu bingung karena Traveloka juga memiliki fitur rental mobil. Anda bisa memilih antara menyewa mobil sekaligus supir atau tanpa supir. Selain itu anda juga bisa memilih hotel yang sesuai kebutuhan dan budget melalui Traveloka. Sangat lengkap bukan? Oleh karena itu Rencanakan liburan di Traveloka dan dapatkan berbagai kemudahannya.
Nah itulah cara saya sebagai seorang ibu untuk memberikan sedikit kesenangan kepada anak-anak sekaligus berupaya menjadikan moment itu sebagai pengalaman yang berharga. Bagi sesama ibu-ibu mungkin kita memilki tujuan yang sama namun melakukannya dengan berbeda. Tak ada yang salah dengan itu, karena kita punya cara sendiri-sendiri untuk mewujudkannya.
Sebagai ibu, kitalah yang tahu apa yang dibutuhkan oleh anak-anak kita. Oleh karena itu ikuti suara hati dan percaya diri dengan apa yang anda lakukan. Tetaplah jalani hidup, #LifeYourWay agar selalu menjadi ibu yang bahagia saat membersamai anak-anak dan keluarga.
0 comments