Generasi Z dan Generasi Alpha mungkin asing dengan istilah kusta, karena memang penyakit ini sudah semakin jarang dijumpai. Itulah sebabnya penyakit kusta ini tidak lagi menjadi perhatian di masyarakat kita. Namun tahukah anda bahwa sebenarnya kusta masih ada di sekitar kita. Bahkan indonesia adalah negara ke tiga penyumbang terbesar kasus baru kusta dengan 17000 kasus.
Lalu apakah sebenarnya kusta itu? Kusta adalah penyalit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyebabkan lesi kulit dan kerusakan syaraf.
Gejala dan tanda-tanda kusta antara lain :
- Muncul bercak warna terang dan bercak di kulit yang disertai mati rasa.
- lemas pada tangan dan kaki.
- wajah singa
- alis rontok
- luka yang tidak disadari dan bertambah banyak
Beberapa fakta tentang kusta saya peroleh setelah mengikuti Dialog Ruang Publik yang disiarkan secara langsung melalui Live Youtube Kantor Berita Radio yang bekerja sama dengan LNR. Kegiatan ini juga sekaligus untuk memperingati hari kesehatan sedunia yang diperingati pada tanggal 7 April lalu sekaligus memperingati hari kusta sedunia yang jatuh pada tanggal 30 Januari 2022 lalu.
Dalam Talkshow ruang publik KBR dengan tema Mari Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta ini sebagai pembicara hadir dr Flora Ramona Sigit Prakoeswa SpKK,M.Kes dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) dan Bapak R. Wisnu Saputra, S.H.S.IKom yang merupakan Ketua Bidang Organisasi PWI Kabupaten Bandung. Sedangkan sebagai pemandu acara adalah kak Ines Nirmala.
Selain disiarkan secara live di Youtube KBR, siaran ini juga di relay di 100 radio jaringan KBR dan 104,2 MSTri FM Jakarta.
Fakta tentang Kusta
1. Kusta adalah penyakit infeksi menular yang paling tidak menular.
2. Kusta menular melalui uap air pernafasan (batuk dan bersin) namun membutuhkan intensitas tinggi dan waktu bertahun-tahun 5-10 tahun untuk menular.
3. Kusta menular jika tidak diobati, namun jika penderita melakukan pengobatan rutin maka tidak akan menular
4. Gejala kusta dapat terlihat oleh mata, menyebabkan stigma pada penderitanya
5. Penderita kusta seringkali mendapat diskriminasi dari lingkungannya.
6. Diskriminasi pada penderita kusta dapat mengakibatkan gangguan kesehatan mental, sosial dan spiritual.
7. Kusta dapat disembuhkan dengan pengobatan.
8. Lama pengobatan bervariasi antara 6-24 bulan tergantung tingkat keparahan dan jenis kusta.
Persoalan kusta adalah tanggung jawab kita bersama. Karena penderita kusta adalah saudara-saudara kita yang memiliki hak dan kesempatan yang sama. Mereka berhak untuk bekerja, hidup bermasyarakat, berkeluarga dan beribadah dengan tenang.
Namun stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap penderita kusta membuat hak-haka para penderita ini terabaikan. Mereka tersisih dari lingkungan masyarakat, tidak bisa bekerja, terpisah dari keluarga bahkan dalam beribadah pun mereka tidak selalu bisa tenang karena ada penolakan dari lingkungan.
Untuk itu perlu adanya kolaborasi atau kerja sama dari berbagai pihak agar saudara-saudara kita penderita kusta ini dapat hidup dengan tenang dan terpenuhi hak-haknya.
Kolaborasi Pentahelix adalah kolaborasi antara akademisi, pemerintah, komunitas, pelaku bisnis dan media. Kolaborasi pentahelix ini harus dilakukan untuk menghapus stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta di masyarakat.
Kolaborasi Pentahelix ini perlu dilakukan karena menghapus stigma dan diskriminasi ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, semua pihak harus saling mendukung dan bekerjasama. Semua elemen diharapkan untuk melakukan perannya masing-masing agar stigma dan diskriminasi terhadap penderita kusta ini tidak lagi kita jumpai di masyarakat.
Lalu apa saja peran masing masing elemen dalam Kolaborasi Pentahelix ini agar stigma dan diskriminasi terhadap kusta tidak lagi ada di masyarakat kita?
Menurut dokter Flora, dokter selain sebagai tenaga kesehatan juga sebagai konselor dalam hal ini mereka berperan dalam memberikan konseling dan menyampaikan informasi yang benar sehingga masyarakat teredukasi mengenai kusta ini dengan baik. Peran ini dapat berjalan dengan baik jika mendapat dukungan dari pemerintah, dan juga media. Dimana pemerintah mendampingi agar informasi dapat tersampaikan.
Sedangkan Bapak Wisnu menyatakan bahwa media berperan sebagai penyampai informasi yang komprehensif. Media dapat juga membantu dengan mengangkat isu-isu yang terabaikan agar mendapat perhatian dari masyarakat.
Segala bentuk kerja sama yang dilakukan oleh ketiga elemen di atas tidak akan berjalan jika tidak diterapkan dalam masyarakat. Oleh karena itu elemen masyarakat yang tergabung dalam komunitas diharapkan dapat menerima para penderita kusta dengan tangan terbuka sehingga mereka benar benar merasa sebagai bagian dari komunitas tersebut. Sedangkan para pelaku bisnis diharapkan dapat menerima para penderita kusta sebagai bagian dari usaha mereka.
Bila perlu pemerintah juga membuat program-program yang melibatkan semua elemen masyarakat dan para penderita kusta. Dengan demikian ada wujud nyata kolaborasi pentahelix ini dengan pemerintah sebagai agent of control dan evaluasi.
Dengan adanya kolaborasi pentahelix ini diharapkan adanya support system bagi para penderita kusta sehingga mereka dapat menjalani pengobatan dengan baik dan hidup dengan nyaman.
Manfaat yang akan dirasakan jika kolaborasi pentahelix ini berjalan dengan baik antara lain:
- Mayarakat teredukasi dan mendapatkan informasi yang benar tentang kusta
- Para penderita kusta tidak lagi mendapat stigma buruk dan diskriminasi di masyarakat
- Dengan demikian para penderita kusta dapat bekerja dan hidup dengan layak.
- Jika muncul penderita baru akan lebih mudah terdiagnosis sejak dini dan segera mendapat pengobatan untuk mencegah penularan.
- Besar harapan akan nol pertumbuhan penderita kusta di Indonesia.
1 comments
Stigma negatif tentang kusta menular dan yang lainnya sering banget buat penderitanya dikucilkan, padahal mereka juga membutuhkan dukungan kita untuk sembuh. Mereka juga punya hak yang sama dan ga harusnya didiskriminasi. Terima kasih informasinya.
BalasHapus