Konten [Tampil]
Memandang gedung dan sekolah yang kosong |
Suka Duka PJJ dan PTM , Antara Idealisme Peran dan Kenyataan - Belajar Lebih Menyenangkan bersama Paket Belajar Online dari Faber Castell
“Mamaaa... Hapenya diminta adik” Teriak anak saya yang nomor dua
“Ma... aku nanti jam 08.00 mau nge-zoom ya” Kata anak yang pertama.
“Ma ... pensilku ilang” teriak si bungsu sambil memegang handphone saya yang sudah berubah fungsi menjadi peralatan sekolah.
Ya, semenjak pandemi melanda anak anak mau tak mau harus menggunakan handphone untuk kegiatan sekolahnya. Dikarenakan sekolah yang semula tatap muka menjadi sekolah dari rumah atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Mau tak mau, alat komunikasi seperti handphone dan gadget lainnya yang mendukung cara belajar jarak jauh ini menjadi pegangan anak anak sehari hari.
Begitulah, setiap pagi rumah saya selalu riuh oleh anak anak yang sibuk dengan tugas kelasnya masing masing. Pada waktu awal pandemi dahulu, anak sulung saya duduk di kelas 6. Anak kedua kelas 4 dan anak bungsu saya kelas 3 SD.
Setiap pagi mereka berebutan satu satunya handphone saya yang menjadi penghubung antara sekolah dan anak anak. Saat itu anak sulung saya belum mempunyai handphone sendiri, sementara laptop yang ada di rumah sudah beberapa waktu tidak bisa dinyalakan, kalaupun bisa nyala hanya sebentar kemudian hang dan tidak bisa digunakan lagi. Sedangkan tablet mainan anak anak yang RAM nya cuma satu Giga kondisinya sudah tidak bisa diharapkan lagi, antara hidup dan mati. Satu satunya alat yang bisa diandalkan ya cuma handphone milik saya, sedangkan laptop dan Tablet dipakai jika dalam keadaan sehat saja.
Hari hari awal sekolah dari rumah masih dilewati dengan penuh senyum. Anak anak semangat mengerjakan tugas walaupun harus ribut rebutan hape terlebih dahulu. Namun lama kelamaan setelah melewati beberapa waktu, anak anak mulai bosan dan jenuh. Tugas mulai molor, belajar sudah tidak konsentrasi lagi. Bahkan ada beberapa pelajaran yang terlewatkan.
Masa masa adaptasi ini adalah masa masa yang melelahkan. Saya sendiri sebagai ibu rumah tangga biasa dihadapkan pada 3 orang murid sekaligus, dimana setiap harinya mereka memiliki jadwal pelajaran yang berbeda dan tingkat kesulitan yang berbeda pula.
Saat sekolah di rumah tiba, menoleh ke kanan ada si sulung yang tanya soal matematika, sedangkan di depan saya ada si tengah yang belajar bahasa Inggris dan di sebelah kiri saya ada si bungsu yang beberapa kali bertanya tentang pelajaran bahasa Jawa. Setiap harinya otak saya bekerja melompat lompat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain yang berbeda latar belakang. Untunglah si sulung sudah lebih mandiri, tidak semua mata pelajaran perlu didampingi. Jadi mengurangi beban otak saya yang harus melompat dari satu topik ke topik lainnya.
Begitulah situasi yang saya hadapi setiap hari. Untunglah saya ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah, sehingga bisa menemani anak anak setiap hari. Lalu bagaimana dengan anak anak lain yang kedua orang tuanya bekerja?
Beruntung juga meskipun hanya punya satu handphone pada saat itu tapi masih cukup memadai untuk digunakan pembelajaran jarak jauh. (Alhamdulillah saat ini sudah mencukupi). Sedangkan di luaran sana masih banyak siswa yang tidak memiliki handphone yang memadai dan orang tua yang paham teknologi.
Memang pandemi yang datang secara tiba tiba ini membuat semuanya berubah, hadirnya pembelajaran jarak jauh membuat semua orang tua diharuskan menjadi guru bagi anak anaknya. Padahal tidak semua orang tua memiliki kemampuan mengajar yang baik, bisa jadi mereka menguasai materi pembelajarannya tapi belum tentu bisa menyampaikan dengan baik kepada anak anak. Tentu sangat jauh berbeda dengan para guru yang telah dibekali ilmu mengajar.
Menurut ibu Saufi Sauniawati salah seorang pengamat pendidikan di Indonesia, memang untuk saat ini Indonesia belum siap secara penuh untuk menghadapi sekolah metode daring persoalan persoalan seperti yang sudah saya sebutkan di atas adalah beberapa kendala yang dihadapi oleh hampir semua orang tua di Indonesia.
Seperti yang diungkapkan ibu Saufi pada Webinar “ Refleksi Pendidikan di Indonesia : Diantara PJJ dan PTM “ bersama Faber Castell dan Kumpulan Mak Blogger.
Idealnya dalam pembelajaran jarak jauh/ online, orang tua memiliki peran sebagai berikut :
1. Sebagai Pembimbing
Orang tua disini membimbing anak anak untuk belajar dari rumah. Namun kenyataannya banyak orang tua yang tidak memiliki kemampuan mengajar sehingga mengerjakan tugas anaknya agar beban pelajaran segera terlewati. Padahal cara ini salah tapi banyak yang melakukannya juga.
2. Sebagai Fasilitator.
Orang tua disini sebagai pendamping anak di rumah yang menyediakan fasilitas dan kebutuhan untuk belajar dari rumah. Namun pada kenyataannya orang tua terlalu masuk dalam proses belajar si anak, sehingga tidak saja menjadi penyedia keperluan anak namun juga jawaban yang dibutuhkan oleh si kecil.
3. Sebagai Pengawas
Menyerahkan gadget pada anak untuk belajar diperlukan pengawasan khusus. Karena kalau tidak diawasi, anak anak bisa menyelah gunakan gadget tersebut. Disaat sekolah bukannya mengerjakan tugas dari guru namun malah bermain game.
4. Sebagai Motivator
Orang tua harus bisa menyuntikkan semangat belajar pada anak anak diantara metode belajar yang membosankan dan meteri yang membuat jenuh. Sementara orang tua sendiri juga harus berjuang agar tetap sehat secara mental dalam menghadapi anak anak. Memang sedikit melelahkan tapi mau bagaimana lagi.
Kalau kita membuka media sosial, banyak sekali orang tua yang mengeluh bahwa di saat pandemi ini mereka berubah menjadi guru untuk anak anak. Dan mereka menganggap guru tidak melakukan apa apa dalam proses belajar untuk anak anak. Pada kenyataannya baik orang tua maupun guru bahkan kurikulum kita serba tidak siap. Para guru pun berusaha keras untuk beradaptasi dengan situasi ini. Dihadapkan pada segala keterbatasan, para guru ini berusaha untuk memenuhi peran Guru dalam pembelajaran jarak jauh sebagai berikut:
Peran Guru dalam Pembelajaran jarak jauh
1. Akademisi : Membuat materi ajar yang kreatif.
Tidak bisa dipungkiri, belajar secara online dari rumah memang membawa kebosanan tersendiri. Guru diharapkan mampu menciptakan cara belajar dan suasana yang inovatif agar anak anak bisa terus semangat belajar.
2. Sebagai Guru Pamong
Pada situasi ini guru diharapkan bisa menjalin komunikasi dengan orang tua siswa agar siswa mampu mengerjakan tugasnya dengan baik dan pelajaran bisa tuntas.
3. Sebagai Pengawas
Guru juga mengawasi siswa apakah mengerjakan tugasnya atau tidak. Memberikan peringatan baik kepada siswa maupun orang tua adalah peran guru menjadi pengawas.
4. Sebagai guru.
Mengajar adalah peran utama guru disamping peran peran lainnya. Dengan berbagai metode baik itu melalui tugas berupa tulisan atau sekolah berupa video tatap muka, guru menyampaikan pelajaran agar bisa dimengerti oleh siswa.
5. Sebagai Motivator.
Tidak hanya kepada siswa, guru juga harus mampu memotivasi orang tua agar tetap semangat mendampingi anak anak untuk belajar dari rumah.
Nah, jika ada yang menganggap bahwa sekolah dari rumah membuat tugas guru semakin ringan, sesungguhnya pendapat yang demikian itu bertolak belakang dengan kenyataan. Karena dengan adanya pembelajaran dari rumah ini beban dan tugas guru menjadi semakin berat.
Setelah memahami peran guru dan orang tua, jangan sampai kita melupakan pemeran utama dalam pembelajaran dari rumah ini yaitu siswa atau anak anak kita.
Peran ideal siswa dalam pembelajaran jarak jauh ini adalah :
1. Sebagai siswa yang bertanggung jawab.
Siswa mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas dari sekolahnya dengan baik.
2.Sebagai siswa yang inovatif
Rasa bosan memang tidak bisa dihindari, situasi ini membuat anak harus inovatif untuk menemukan metode belajar yang bisa dia nikmati agar terhindar dari kebosanan.
3. Sebagai siswa yang inquiry
Inquiry bisa berarti penyelidikan atau upaya untuk menyelesaikan masalah. Siswa yang inquiry adalah siswa yang banyak bertanya untuk memahami pelajaran yang dia hadapi. Pada kenyataannya keterbatasan metode belajar membuat siswa tidak bisa leluasa untuk bertanya kepada guru.
4. Sebagai siswa yang baik berkomunikasi
Banyak permasalahan yang muncul pada saat belajar terpisah jarak dengan guru yang mengajar. Kesulitan mengerjakan soal adalah salah satunya. Siswa diharapkan bisa mengkomunikasikan dengan guru terkait kesulitan ini. Kenyataannya anak saya lebih senang mencari sendiri atau bertanya pada orang yang ada di dekatnya. Termasuk saya. Padahal tidak semua pertanyaan dapat saya bantu untuk menjawabnya.
Saya sendiri adalah orang tua yang lebih memilih untuk tidak menggantikan anak dalam mengerjakan tugasnya. Artinya tugas yang dikumpulkan ke Bapak atau Ibu guru adalah tugas yang dia kerjakan sendiri. Apabila anak sudah lelah dan bosan (akhir akhir ini semakin sering) saya lebih memilih untuk menunda mengerjakannya dan bahkan sampai tidak mengerjakan (Maaf ya Bu Guru).
Memang sih saya mengakui, beberapa waktu lalu lebih terkontrol namun akhir akhir ini terjadi lebih sering. Saya sendiri perlu untuk mengoreksi diri saya agar anak lebih semangat dalam belajar. Namun tidak hanya kesehatan mental anak saya yang penting, kesehatan mental saya sendiri pun harus saya perhatikan.
Tidak memaksa anak untuk memenuhi standard nilai. Hal ini diamini oleh ibu Saufi, bahwa anak tidak perlu dipaksa untuk memenuhi standard nilai dari sekolah. Pahami kemampuan anak, karena tidak semua hal harus berjalan sempurna. Nilai bukanlah segalanya. Yang penting anak berproses dan bisa melewati ini semua.
Memang banyak suka duka dalam pembelajaran daring ini. Namun demikian dari semua cerita yang bergulir tentunya ada hikmah yang dapat dipetik dari pembelajaran jarak jauh ini.
Beberapa dampak positif Pandemi di bidang Pendidikan.
1. Pengembangan karakter anak.
Situasi mengajarkan anak untuk mengembangkan softskillnya, diantaranya jadi bisa membantu pekerjaan rumah.
2. Anak semakin kreatif menggunakan gadget.
Tak bisa dipungkiri, bertambahnya jam terbang penggunaan gadget membuat anak anak semakin menguasai teknologi yang satu ini. Mereka lebih lancar dalam menggunakan gadget dan aplikasi yang ada di dalamnya.
3. Munculnya berbagai portal pendidikan.
Belajar dari rumah mendorong lahirnya berbagai portal pendidikan yang dapat membantu siswa belajar.
4. Orang tua mengenal lebih dalam kemampuan belajar anak
(dan tentu saja merasakan apa yang dirasakan oleh guru pada saat mengajar anak anak mereka). Hal ini memunculkan dukungan dari orang tua kepada anak dan empati terhadap guru.
Pandemi memang masih ada. Situasi yang terjadi saat ini memang belum stabil Angka penderita Covid 19 masih ada. Namun per 1 Januari yang lalu, pertemuan tatap muka atau PTM sudah mulai dijalankan di sekolah sekolah.
Syarat yang harus dipenuhi untuk PTM yaitu :
- Tenaga pengajar sudah di vaksin
- Kombinasi pembelajaran antara PJJ dan PTM
- Pada saat PTM hanya 50% siswa yang mengisi kelas
- Orang tua berhak menentukan apakah melarang atau mengijinkan putra putrinya melakukan PTM
- Wajib menerapkan protokol kesehatan.
Tak mudah memang melepaskan anak untuk belajar di sekolah kembali. Di satu sisi ada kekhawatiran apakah si anak mampu untuk menerapkan prokes di sekolah. Di Sisi lain ada kelegaan karena anak bisa belajar pada orang yang lebih berkompeten untuk mengajari mereka.
Persiapan yang harus dilakukan orang tua saat anak hendak melakukan PTM adalah :
- Cari dan pahami aturan sekolah tatap muka di daerah Anda
- Disiplinkan kembali jam tidur dan jam bangun anak anak.
- Pengawasan terhadap PJJ masih harus tetap dilakukan dan orang tua wajib memfasilitasi.
- Tekankan anak untuk patuh protokol kesehatan. Diantaranya untuk tidak berkerumun, tidak melepas/ bertukar masker dan tidak meminta makanan dan minuman kepada temannya.
- Mulailah untuk memberikan kegiatan setelah sekolah agar screen time anak juga berkurang.
Seminggu terakhir ini angka penderita Covid semakin meningkat, untunglah anak anak sedang libur kenaikan kelas. Jika nantinya saat masuk sekolah sudah datang dan situasi seperti saat ini, mungkin saya akan memilih lebih baik belajar di rumah daripada saya membiarkan anak anak ke sekolah dengan rasa khawatir. Biarlah untuk sementara waktu kembali berkutat dengan tugas tugas sekolah dari rumah saja.
Namun demikian saya berharap bahwa semua akan kembali normal dan baik baik saja. Sehingga anak anak bisa kembali ke sekolah dan para orang tua bisa bekerja dengan tenang.
Untuk menghadapi tahun ajaran baru yang metode belajarnya masih tercampur antara metode daring dan tatap muka, sebagai orang tua jangan lupa untuk mempersiapkan alat tulis yang tepat untuk sekolah online.
Seperti yang kita tahu, pada saat sekolah online anak anak lebih sering dihadapkan pada tugas tugas yang dikirimkan melalui WA atau menjawab soal di google dokumen. Tugas tugas yang dikirim melalui WA ini seringkali berupa foto halaman buku yang berisi soal dan kolom jawaban. Bahkan beberapa kali anak anak mendapatkan tugas mencocokan gambar dengan tulisan dan soal soal teka teki silang.
Paket Belajar Online dari Faber Castell
Duh ribet sekali kalau mendapat soal semacam ini karena harus menggambar ulang dan menulis ulang soal TTS di buku. Tapi itu dulu... Karena sekarang sudah ada stylus pen dari Faber Castell.
Stylus ini membantu mengerjakan tugas langsung di soal yang dikirimkan tanpa harus menulis ulang di buku tulis. Kebayang kan ribetnya menulis ulang TTS dengan kotak kotak hurufnya. Dengan menggunakan stylus ini jawaban bisa langsung di tulis dengan mudah dan praktis.
Nah, berikut ini contoh cara mengggunaan stylus untuk android:
Nah, lebih praktis dan cepat bukan? Waktu belajar anak lebih efektif dan bisa digunakan untuk belajar yang lainnya.
Stylus Pen dari Faber Castel ini merupakan salah satu bagian dari paket Belajar online yang terdiri dari:
- Stylus, yang dapat digunakan untuk menjawab soal tanpa harus menulis ulang, mempermudah menjawab soal pilihan ganda, selain untuk kebutuhan sekolah online juga bisa untuk menggambar di aplikasi dan lain lain.
- Pensil faber castell yang merupakan pensil 2B yang memenuhi standard ujian komputer yang berkualitas dan tidak mudah patah.
- Penghapus yang dapat membersihkan coretan pensil dengan bersih baik di kertas biasa maupun lembar jawaban komputer. Penghapus ini aman karena tidak mengandung racun Pthalate.
- Rautan. Rautan dari Faber castell ini meskipun bentuknya sederhana namun terbukti awet digunakan. Pisaunya tetap tajam meskipun berkali kali digunakan.
- Ballpoint Faber castell yang memiiki warna senada. Memiliki ujung yang runcing dan tinta yang lancar sehingga membuat tulisan jelas terbaca dan tidak mbeleber.
- Kotak Pensil, berupa tabung plastik yang kokoh dan mampu menampung semua peralatan Paket Belajar Online dari Faber Castell.
Paket Belajar Online ini sudah bisa didapatkan di toko peralatan tulis terdekat ataupun di e-commerce. Hanya dengan Rp 30.000-35.000 teman teman sudah bisa menggunakan stylus yang sangat bermanfaat ini bersama dengan produk lain yang dikemas dalam satu paket. Siapa tahu, dengan menggunakan Paket Belajar Online Faber Castell ini anak anak jadi lebih semangat belajarnya. Sangat layak untuk dicoba bukan?
Bapak Christian Herawan selaku Product Manager PT Faber Castell Internasional-Indonesia mengemukakan bahwa Paket Belajar Online ini dirancang setelah melakukan pengamatan dan penelitian terhadap proses PJJ. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa sebagai perlengkapan PJJ.
Faber Castell sendiri merupakan salah satu perusahaan tertua di industri alat tulis yang berasal dari Jerman. Berdiri sejak tahun 1761, Faber Castell memiliki lebih dari 8000 karyawan. 1000 diantaranya berada di Jerman dan sisanya melakukan produksi di 11 negara lain dan memasarkan ke 120 negara. Di Indonesia sendiri terdapat pabrik pensil warna terselubung kayu dan pensil grafit.
Faber Castell memiliki kapasitas produksi sebesar 2,3 milyar pensil pertahun. Dimana kayu yang digunakan adalah kayu yang berasal dari pengolahan hutan lestari. Untuk itu, setiap jamnya Faber Castell menumbuhkan 20 meter kubik kayu yang setara dengan beban 1 buah truk. Info menarik lainnya bisa Anda baca di Official Website For Faber Castell Indonesia ya. Gunakan produknya jangan lupa ketahui juga sejarahnya.
Untuk anak anak yang masih sekolah baik PJJ maupun PTM tetap semangat ya, begitu juga untuk orang tua. Tetaplah memotivasi anak anak untuk menggapai apa yang telah mereka cita citakan.
0 comments