Konten [Tampil]
Berburu pengalaman sampai ke Pulau Bali
Sekitar pertengahan tahun lalu, pelatih bola yang sekaligus guru sekolah anak anak memberi tahu ke anak anak juga kalau ada undangan turnamen pada awal tahun 2019 ini. Saya yang dengar cerita anak anak Cuma senyum senyum aja, apa iya sekolah sepak bola di Malang mau ikut turnamen di Bali.
Oleh pelatihnya, anak anak dianjurkan untuk segera menabung. Jadi ketika waktunya tiba enggak usah minta uang ortu terlalu banyak. Eh beneran loh, anak saya yang sulung menabung uang sakunya, sedangkan anak yang bontot waktu itu juga menabung sih, tapi setelah uangnya terkumpul lumayan banyak malah buat beli bola sama mainan.
Sekitar bulan awal bulan Desember, pelatih mengingatkan lagi tentang rencana ke Bali. Emak kaget, eh serius ini mau ke Bali? Ternyata oh ternyata anak anak lain juga antusias kepingin ikut turnamen itu. Baiklaah, rencana awal si sulung berangkat sendiri. Adeknya yang masih kelas dua meskipun pemain bola juga enggak usah ikut, karena dia makannya susah. Enggak kayak kakaknya yang apa apa mau. Lagian kakaknya udah gede juga, udah kelas lima.
Setelah mengikuti rapat wali terkait turnamen ke Bali, kok emak merasa kasihan ya sama si adek kalau enggak ikutan turnamen juga. Tapi kalau sama si Adek, emak harus ikut. Lalu bagaimana dengan mbak Ai (anak nomor dua, yang sekarang kelas tiga). Galau deh, adik ikut apa enggak.
Setelah ngobrol ngobrol sama mbak Ai, akhirnya diperoleh keputusan kalau selama Mama, Mas Atha dan Adek Aksa ke Bali, mbak Ai tinggal di rumah Uti, katanya mbak Ai takut naik kapal laut. Lagipula tidak mungkin kalau di rumah sama Ayah, soalnya jam kerja Ayah itu enggak pasti. Kadang sampai tengah malam baru pulang. Kan ga mungkin mbak Ai di rumah sendiri. Emak pun sedikit lega. Akhirnya ada jalan keluar.
Mendekati akhir Desember yang juga masa akhir liburan sekolah, tiba tiba mbak Ai mau diajak ke Bali. Hmm, emak mikir lagi nih. Ke Bali selama 4 hari dengan tiga anak, tanpa ayah. Sementara si anak itu kayak Tom and Jerry, sanggup enggak ya?
Akhirnya diputuskan, OK mbak Ai ikut ke Bali. Tapi, sebelum berangkat emak briefing dulu semua anak. Si Kakak sulung harus bisa mandiri, bisa kasih contoh ke adiknya sekalian bantu mama jagain adiknya. Bukan hal sulit sih buat dia, karena sehari-harinya dia udah cukup mandiri. Cuma kadang pas manja aja, minta dilayani emaknya.
Untuk si nomor dua, yang cewek emak bilang ga boleh ada drama, kudu nurut sama mama, jangan lelet, kalau waktunya mandi ya harus mandi, soalnya perginya sama orang banyak. Kalau kita lelet atau kebanyakan drama yang lain bakalan terganggu. Oh ya, satu lagi, yang rukun sama adik jangan rusak suasana yang menyenangkan dengan pertengkaran pertengkaran enggak penting. Ketika emak bilang gitu, dianya Cuma manggut manggut aja, emak jadi was-was manggut-manggut karena setuju apa asal manggut manggut aja? Wkwkwkk.
Untuk si Bontot yang juga ikut main, kurang lebih sama dengan brief yang emak berikan ke kakaknya ang cewek. Cuma emak menekankan dia kudu mau makan, karena kalau main bola makannya enggak banyak, badannya bisa sakit. Kalau sakit bisa merepotkan orang banyak.
Alhamdulillah, briefing yang emak berikan itu ada hasilnya. Anak anak sama sekali enggak ada yang rewel. Yang biasanya lelet jadi rajin, yang biasanya drama jadi manis, sempat sih yang nomor dua dan nomor tiga bertengkar karena rebutan duduk dekat jendela. Setelah emak kasih solusi dengan pembagian waktu akhirnya mereka jadi rukun dan lama lama enggak rebutan lagi. Malah mereka main main sampai ketawa ketawa dan dilihatin sama emak emak lain yang takjub sama kerukunan mereka. Hmmm, belum tau mereka, anak anak kalau di rumah kayak gimana berantemnya wkwkwk.
Emak jadi menyadari kalau anak anak itu bisa diberi pengertian, asalkan mereka tahu sebab dan akibatnya mereka pasti bisa paham kenapa harus begini dan gak boleh begitu.
Kembali ke tim sepak Bola. Entah karena persiapan yang terlalu mepet apa gimana. Tim ang ikut ke Bali bongkar pasang. Ada yang awalnya mau ikut tiba-tiba mengundurkan diri. Emak yang jadi tukang mengumpulkan uang jadi ketar-ketir juga. Kalau yang ikut berkurang, pemasukann juga berkurang. Lalau, yang buat bayar ini itu uang dari mana? Hiks…
Untunglah ada Mama Donna, yang selalu support dalam berbagai hal. Dengan kenekatan yang tinggi, akhirnya berangkat juga ke Bali. Dan entah bagaimana ceritanya, Pak David sebagai pelatih tiba tiba mendatangkan bala bantuan sehingga bus jadi penuh. 2 team sepak bola u10 dan u12 cuss ke Bali.
Alhamdulillah, enggak sia sia jauh jauh dari Malang ke Bali kami memborong dua piala. Dua duanya juara kedua. Semua itu tak lepas dari kerja keras anak anak dan juga pelatih.
Oh ya, tidak boleh dilupakan juga jasa pak sopir yang mengendarai bus dengan dan aman dan nyaman. Padahal ada beberapa anak yang biasanya naik mobil suka mabuk kendaraan. Tapi kali ini, naik bua malah sehat. Dari berangkat sampai pulang tidak ada yang mabuk. Kebetulan kami menggunakan jasa bus dari Fortuna Trans yang berbasis di Malang dan melayani anda yang ingin berwisata di dalam pulau maupun ke pulau seberang.
Sebenarnya ada banyak pilihan seat di fortuna trans ini, dari yang 31, 35, 50 dan 61. Namun karena di awal sudah memesan yang 50, sampai hari H tiba saya tetap memakai yang 50 meskipun penumpangnya bongkar pasang. Selain faktor supir, yang membuat nyaman selama naik bus Fortuna trans ini juga full music, bahkan kalau mau karaoke juga bisa. Selain itu juga disediakan selimut dan bantal di setiap kursi, perjalanan jauh pun tak terasa capeknya hehehehe. Kalau anda ingin menggunakan PO Bus ini juga, anda bisa menghubungi nomor 082335429559.
Setelah dua hari berpanas-panas di tepi lapangan, pada hari ketiga saatnya jalan-jalan, yeay. Karena terbatasnya waktu, kami hana mengunjungi pantai Pandawa dan pusat oleh-oleh. Tapi lumayan lah, karena jumlah tempat yang dikunjungi sedikit waktu untuk setiap tempatnya jadi lebih panjang.
Di Pantai Pandawa. Anak anak senang sekali karena baru pertama kalinya naik kano. Hanya dengan 50 ribu rupiah, bisa naik sepuasnya tanpa dibatasi waktu. Setelah puas bermain di Pantai Pandawa kami menuju Denpasar melalui Tol Bali Mandhara. Menurut Mas Guide, tol ini adalah satu-satunya tol ang ada di Bali. Karena di daratan pulau Bali tidak diperkenankan di bangun jalan layang. Karena menurut kepercayaan Bali, kita tidak boleh melangkahi/diatas tempat ibadah.
Akhirnya setelah mengunjungi pusat oleh oleh, kami pulang dengan bahagia. Buat saya pribadi, perjalanan ke Bali ini memberikan banyak kesan. Karena ada beberapa pengalaman pertama. Aitu : pertama kalinya tripjauh bahkan sampai keluar pulau berempat hanya sama anak anak. Dan Alhamdulillah anak-anak pun bisa di ajak kerja sama. Yang kedua, pertama kalinya pula ikut turnamen sepak bola sampai ke luar pulau, dan yang ketiga adalah pengalaman pertama memegang uang milik komunitas sekaligus kebagian tugas car ibis, cari catering sekalian sama bayar-bayarnya. Awalnya sempat khawatir uangnya keselip atau salah hitung. Tapi ternyata setelah pulang dan dihitung kembali, semuanya pas. Alhamdulillah, karena emang awalnya saya memegang uang ini karena pas rapat pertama, ortu yang ikut mendampingi ke Bali tidak ada yang hadir. Akhirnya saya yang ketiban sampur. Niatnya Cuma membantu biar segera ada yang urus dan segera beres. Semakin akin, kalau niat awal kita baik pasti akan dipertemukan dengan orang orang baik dan segala urusan pasti akan diberi jalan keluar yang mudah. Alhamdulillah….
0 comments