Konten [Tampil]
Akhirnya saya memutuskan untuk pakai IUD atau Intra Uterine Device. IUD adalah alat kontrasepsi terbuat dari plastik berbentuk huruf T yang ditempatkan dalam rahim. Awalnya sih takut-takut gimana gitu, apalagi sempat mendengar beberapa testimoni kalau IUD itu tidak aman, berbahaya dan lain sebagainya.
Tapi berbekal keyakinan, bahwa setiap orang punya cerita hidupnya sendiri. Apa yang terjadi pada orang lain belum tentu terjadi pada kita, bahkan bisa terjadi yang sebaliknya. Akhirnya saya meyakinkan diri kalau saya akan pasang IUD.
Namun untuk lebih meyakinkan diri, saya membuat list, hal-hal yang mendukung untuk memasang IUD. Baiklah saya tuliskan saja list nya.
Alasan pakai IUD
1. Saya pernah menderita fibrom. Semacam tumor jinak di payudara dan Alhamdulillah sekarang sudah hilang.
2. Saya tidak disarankan menggunkan KB hormon, karena alasan di nomor 1.
3. Anak sudah tiga dan jarak kelahirannya terlalu dekat. 2 tahun dan 1 tahun.
4. Pernah menggunakan KB K*nd*m dan kalender tapi gagal karena kurang telaten.
5. Baru 4 tahun menikah, anak sudah 3, tubuh juga butuh istirahat. Anak-anak juga butuh perhatian.
6. Jauh dari orang tua dan saudara. Kemana-mana musti bawa rombongan. Ribet-ribet sendiri, suami jam kerjanya enggak pasti.
Rasanya 6 alasan itu sudah cukup kuat. Dengan yakin sayapun memutuskan. Yess, saya mau pasang IUD. Oh ya pemasangan IUD ini biasanya saat akhir menstruasi ya. Bisa juga pada saat tidak menstruasi, tapi dokter harus memastikan dulu bahwa kita tidak dalam keadaan hamil.
Pengalaman Pertama pasang IUD
Di tempat praktek dokter, sesaat sebelum pemasangan rasanya perut mules. Tangan dan kaki dingin semua. Mau jalan saja rasanya kayak melayang. Hahahaha lebay ya, tapi memang begitulah rasanya.
Mendekati giliran, nama saya dipanggil oleh suster untuk bersiap-siap dan buang air kecil jika memang perlu. Ketika dipanggil, saya bersama dua orang lainnya. Didalam ruangan yang memanjang itu, terdapat tiga buah bed beserta alat-alatnya yang dipisahkan oleh tirai yang tebal. Dan saya dapat giliran terakhir, karena bed saya letaknya paling tepi.
Deg-degan ini terasa semakin kencang, apalagi saat mbak-mbak cantik di bed sebelah saya teriak-teriak kesakitan. Dua orang perawat yang mendampingi dokter berupaya menenangkan dengan meminta mbak-mbak itu untuk tarik nafas panjang dan melemaskan otot.
Saya yang mendengar itu merasa semakin ngilu saja, sesakit itukah?
Akhirnya tiba giliran saya. Sebelum alat dipasang, saya sudah diminta untuk tenang dan melemaskan seluruh otot. Kalau kaku, nanti malah sakit, kata beliau. Baiklah saya berusaha rileks, tarik nafas panjang,melepaskannya pelan-pelan dan melemaskan semua otot.
Sebelum berangkat ke dokter, saya memang browsing dulu, bagaimana proses pemasangan IUD. Jadi selama proses pemasangan saya membayangkan, oh begini rasanya saat cocor bebek itu dipasang. Sambil komat-kamit baca doa juga sih...
Setelah cocor bebek terpasang, saya tidak merasakan sesuatu yang menyakitkan. Setelah itu kayak terasa dingin-dingin gitu, entah apa itu, saya gak berani lihat. Barulah IUD dipasang. Agak mules, tapi sedikit dan sebentar saja. Setelah itu barulah cocor bebek dilepas.
Fiuuh.... lega. Ternyata tidak sesakit dan sehorror yang saya bayangkan. Buat teman-teman yang belum tahu apa itu cocor bebek, berikut ini bentuknya :
Cocor bebek atau speculum vagina ini fungsinya untuk membuat agar mulut vagina tetap terbuka saat pemasangan IUD.
Setelah IUD terpasang perut agak mules. Rasanya seperti nyeri haid. Tapi bukan nyeri yang hebat. Untunglah diberi obat pereda nyeri, jadinya tidak terlalu terasa. Waktu itu saya nyeri sampai kurang lebih 3 hari.
Satu minggu setelah pemasangan IUD barulah diperbolehkan untuk "dipakai". Lalu saat "dipakai" apakah sakit?
Awalnya terasa mules, bukan karena sakit atau bagaimana, melainkan karena saya yang takut dan tegang. Padahal pak suami tidak merasakan sesuatu yang berbeda. Barulah ketika ketakutan itu hilang, mulesnya juga ikut hilang hihihi.
Rasanya saya tak salah pilih menggunakan IUD ini. Setelah memasang IUD, karena saya lebih banyak merasakan untung daripada ruginya.
Keuntungan menggunakan IUD
1. Saya tidak was-was lagi setiap bulan saat menunggu datang bulan.
2. Saya tidak perlu setiap hari meminum pil atau sebulan sekali suntik KB.
3. Tetap terasa nyaman seperti tidak ada benda asing dalam tubuh.
4. Jangka waktu pemakaian panjang (ada yang 5,8 dan 10 tahun)
Sedangkan kelemahan dari KB IUD ini adalah :
1. Rasa nyeri sesaat setelah pemasangan sampai kurang lebih 3 hari.
2. pada bulan-bulan awal pemasangan darah haid lebih banyak, tapi selanjutnya akan normal.
Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh pengguna IUD , antara lain :
1. Pijat perut. Biasanya pada saat pijat badan, tukang pijat menawarkan untuk memijat perut, sebaiknya ditolak saja. Takut kenapa-kenapa hihihi.
2. Tidak kontrol. Biasanya kontrol pertama 1 minggu setelah pemasangan, kontrol kedua satu bulan kemudian. Lalu setahun kemudian. Telat kontrol sih boleh asal tidak terlalu lama. Kalau terlalu lama, maka yang rugi kita sendiri. Karena bisa saja letak IUD nya bergeser dan kita tidak menyadarinya.
3. Lupa masa penggantian. Jangan sampai lupa kalau IUD waktunya ganti.
Cerita saya berikut ini bukan untuk ditiru ya. Ambil hikmahnya saja. Saya kemarin terlalu menggampangkan, alias menyepelekan. Karena merasa baik-baik saja, saya pun lama sekali tidak kontrol. Bertahun-tahun lah pokoknya. sampai saya sadar, kalau masa berlaku IUD saya tinggal satu tahun.
Dengan was-was saya berangkat ke Dokter, karena lama tidak kontrol saya memutuskan untuk sekalian ganti. Ketika diperiksa oleh Dokter Endang, beliau langsung berkata " Berapa lama tidak kontrol?" Saya pun menjawab " bertahun-tahun, Dok" sambil malu-malu dan takut.
Lumayan lama juga, bu Dokter "sibuk" memeriksa. Setelah beberapa waktu kemudian mbak mbak perawat yang mendampingi bu Dokter berkata " Syukurlah mbak... sudah ketemu, karena letaknya sudah bergeser dan untungnya bisa diambil" beliau berkata sambil melepas nafas panjang dan wajah menampakkan kelegaan.
"Hah" pikir saya, berarti masalah saya serius dong. Hanya gara-gara saya malas kontrol. Untunglah Dokter Endang telaten dan dapat mengatasinya dengan baik. Beliau memang ahli dalam bidang ini. Cara beliau berbicara dan memperlakukan pasien pun lemah lembut. Tak heran, pada jam-jam praktek Dr Endang ini antrian pasiennya mengular.
Makanya teman, jangan sampai seperti saya ya, bertahun-tahun tidak kontrol ke dokter (tutup muka). Saya beruntung karena device nya segera ditemukan dan dapat diambil. Meskipun perut rasanya kayak diaduk-aduk, tapi saya bersyukur banget karena teratasi dengan baik.
Buat teman-teman yang akan pasang IUD, tips dari saya yaitu tetaplah tenang, tarik nafas panjang lalu lepaskan perlahan dan lemaskan semua otot. Insyaallah tidak akan sakit.
Menurut saya, IUD itu aman selama kita tidak melupakan kontrol. Minimal 1 tahun sekali. Dan jangan lupa masa berlakunya ya...
Teman-teman punya pengalaman menarik tentang IUD? boleh banget kok kalau mau berbagi di komentar.
6 comments
wah mbaknya sudah 3 anaknya dalam 4 tahun, hihihi
BalasHapussaya baru dua mbak, jaraknya juga 2,5 tahun
saya mengunakan KB pil, pernah pakai yang suntik 3 bulanan, efeknya haid tidak teratur.
dan alhamdulillah, saya tetap teratur pakai pil
untuk pakai IUD, saya masih belum berani.. entahlah banyak ketakutan yang saya alami.. hehehe
aku ngilu bacanya dan membayangkannya hahaha..so far aku belum pake apapun kb *lahiya skrg lg hamil :D
BalasHapusAku belum berani pake iud mbak.
BalasHapusKok rasanya takut pas dipasang..
Sekarang katanya hanya ada yang untuk jangka waktu 5 tahun ig mbak, btw sebulan pasca pemasangan kok alu sering flek ya, apa krn sering angkat beban berat ya.
BalasHapusJdi pengen coba jg nih mb utk menjarak biar agak jauhan..
BalasHapusBaru pasang iud tadi...alhamdulillah gak sehoror yg di bayangin...gak berasa apa2 tau dah selesai aja pasangnya, mudah2an aman...seminggublagi kontrol
BalasHapus