Konten [Tampil]
Awal-awal menikah saya tidak kepikiran sama sekali soal KB.
Pinginnya ya langsung punya anak, enggak pake ditunda-tunda. Karena cita cita
saya dan Pak Suami adalah ingin jarak usia kami dan anak-anak tidak terlalu
jauh. Akhirnya ya gitu deh…begitu nikah langsung program punya anak.
Alhamdulillah, tidak menunggu lama sayapun langsung hamidun
eh hamil. Betapa senangnya karena doa kami terkabul. Inipun rasanya sudah tertunda cukup lama,
karena cita-cita nikah di usia yang lebih muda tidak tercapai. Kata Bapak,
setelah lulus kuliah baru boleh nikah… Sebagai anak yang baik (uhhuk) saya pun
menuruti nasehat Bapak. Dan ternyata gak
salah saya nurut bapak waktu itu. Karena begitu lulus, langsung nikah lalu
punya anak, jadi lupa mengurus birokrasi kampus, akibatnya sampe hari ini
transkrip nilai masih tersimpan rapi di lemari kampus. Sampe kantin yang dulu
jadi tempat nongkrong tak ada lagi, Sampai program studi berubah jadi Jurusan wkwkwk … apa kabar predikat cumlaude #eh
Kembali ke soal anak, pernah baca kalau memberikan ASI pada
bayi sama dengan KB alami. Ah amaan..pikir saya apalagi saat itu anak saya
ASInya kuat sekali. Sampai Akhirnya ketika anak pertamaku usia 14 bulan, aku
telat datang bulan. Langsung deh beli test pack dan ternyata positif
saudara-saudara.
Sebenarnya kasihan juga sama si sulung karena masih terlalu
kecil, tapi ini rezeki, pantang ditolak. Ketika si sulung usia 25 bulan,
lahirlah si nomor dua. Alhamdulillah cewek. Bahagia rasanya, karena anak
pertama cowok lalu anak kedua cewek.
Sejak hamil anak kedua, otomatis si sulung tidak lagi minum
ASI, karena dia selalu rewel ketika minum ASI saat itu. Berbeda dengan
kakaknya, anakku yang cewek ini ASInya tidak terlalu kuat. Mungkin karena dia
cewek ya… sampai tiba-tiba pada suatu malam #garing. Anak kedua ku ini rewel,
nangis terus waktu minum ASI. Bingunglah saya, ada apa gerangan. Lalu saya pun mulai
mengingat-ingat kira-kira peristiwa apa yang terjadi hari ini yang membuat dia
rewel. Ah rasanya semua biasa-biasa saja. Tiba-tiba…mak tratab… saya baru ingat
kalau sudah dua hari telat tidak datang bulan.
Buru-buru saya bilang ke bapaknya anak-anak, minta tolong
untuk belikan test pack. Dan keesokan harinya, ya…saya positif, hamil lagi anak
ketiga. Padahal anak kedua masih usia 4 bulan. Hiks
Bingung rasanya , sedih atau bahagia. Si sulung masih usia
28 bulan, si nomor dua baru 4 bulan. Rasanya baru sebentar melahirkan anak
kedua, belum sempat me time dan semacamnya eh sudah hamil lagi.
Seneng karena punya momongan lagi, tapi sedih… kasihan
kakak-kakaknya kalau ga keurus. Untunglah Pak Suami bijaksana. Sebagai kepala
keluarga beliau sama sekali tidak bingung. Bahkan ketawa-tawa saja melihat saya
yang kebingungan. Kata beliau, janin yang masih di dalam rahim sama haknya
dengan kedua kakaknya. Dia berhak disayangi, dicintai, kehadirannya disambut
dengan kebahagiaan. Bukan kekalutan. Untunglah
saya segera disadarkan.
Apalagi konon katanya perasaan yang dirasakan ibu saat hamil
itu mempengaruhi sifat anak yang di kandung, makanya saya pun berusaha untuk
ikhlas dan menerima. Takut sih kalau nantinya anakku punya sifat yang tidak
menyenangkan.
Anak ketiga ini lahir, ketika kakak pertamanya berusia 3 tahun dan kakak keduanya 13 bulan. Sayapun kepikiran untuk mulai
KB yang lain. Selama ini Cuma pakai K*ndom dan Kalender saja yang saya rasa tidak beresiko, dan terbukti saya
eh saya dan pak Suami kurang pintar untuk itu. 4 tahun nikah sudah punya 3 anak...
Dari hasil konsultasi ke Bidan, beliau menyarankan saya
untuk tidak KB hormone. Karena pernah memiliki fibroma. Semacam tumor jinak
yang paling umum terjadi pada wanita yang bisa hilang dengan sendirinya. Karena
fibroma ini berhubungan dengan hormon itulah, maka disarankan untuk tidak menggunakan
KB hormone.
Waktu itu, hanya tiga KB yang saya tau yang tidak melibatkan hormone
yaitu KB kalender, IUD dan K*ndom. Jujur
saja saat pakai kalender dan K*ndom masih ketar-ketir tiap bulan, dan akhirnya kebobolan
juga. Lalu…haruskah aku pakai IUD?
Bersambung yak…udah panjang wkwkwk