Konten [Tampil]
Dalam rangka memperingati hari
AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember, dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur untuk pertama kalinya mengadakan Temu Blogger Kesehatan “ Menuju
Indonesia sehat” di Hotel Tunjungan Surabaya. Acara ini dihadiri kurang lebih
25 blogger dan Perwakilan dari Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur dan Pusat. Selain
itu juga dihadiri oleh Farid Hafifi, selaku perwakilan dari LSM Mahameru yang
bergerak dalam pemberdayaan ODHA di Jatim.
Seperti kita ketahui, akhir-akhir
ini angka penderita HIV/AIDS meningkat secara tajam di seluruh Indonesia. Di
Jawa Timur sendiri, per September 2016 tercatat sudah 36.881 jiwa yang
terjangkit penyakit yang mematikan ini. Angka tersebut bukanlah angka yang
mutlak, diperkirakan hanya 60% dari angka yang sebenarnya. Karena jumlah
penderita HIV/AIDS ini seperti fenomena gunung es yang hanya nampak di
permukaannya saja, namun tidak pasti sampai berapa jumlah yang sebenarnya.
Hal ini terjadi karena tidak
semua orang dengan sukarela mau memeriksakan diri untuk mengetahui terjangkit
penyakit HIV/AIDS ini atau tidak. Angka yang diperoleh didapat dari penderita
yang secara tidak sengaja melakukan pengobatan lalu baru diketahui kalau
menderita HIV/AIDS. Selain itu data diperoleh dari masuknya data pemeriksaan
saat melakukan transfuse darah.
Dari angka diatas tercatat bahwa sebanyak 62% penderita adalah laki-laki. Adapun
penyebab tertinggi tertularnya HIV/AIDS adalah seks yang tidak aman. Sebanyak
76,9% karena berganti-ganti pasangan. 10% karena jarum suntik, 4,06 %
homoseksual dan 3,75% disebabkan oleh penularan ibu penderita HIV/AIDS pada
anaknya.
Menurut Bapak Ansarul Fahrudda
selaku Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, yang perlu dicermati adalah sebanyak 17,74% atau
sebanyak 2930 penderita HIV/AIDS adalah ibu rumah tangga. Jauh lebih besar dari
jumlah penderita dari kalangan Pekerja Seks Komersial yaitu sebesar 6,33%. Hal
ini tentu saja berlawanan dengan stigma yang berkembang di masyarakat bahwa penyebaran
virus HIV/AIDS hanya disebabkan oleh
perbuatan negative seperti berganti-ganti pasangan, pekerja seks komersial dan
jarum suntik.
Padahal, virus HIV/AIDS dapat
juga menular melalui transfuse darah, petugas medis yang secara tidak sengaja
tertular oleh pasiennya, DAN anak yang tertular oleh ibunya yang merupakan
penderita.
Di Jawa Timur sendiri ada sekitar
448 anak yang menderita HIV/AIDS karena tertular oleh ibunya. Alangkah kasihannya
mereka jika ada yang mengetahui bahwa mereka adalah ODHA, lalu dikucilkan dari
lingkungan karena dianggap telah berbuat negative sehingga tertular virus HIV. Padahal
mereka tidak punya andil dalam penularan virus tersebut. Jadi, masyarakat perlu
diedukasi untuk memerangi stigma yang sudah mendarah daging tersebut. Agar
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat hidup lebih berkualitas sehingga
memperpanjang harapan hidupnya.
MARI KITA BERUBAH, MASA DEPAN
GEMILANG TANPA PENULARAN HIV
Dr. Wiendra Waworuntu,M.Kes
selaku Direktur P2PML Kemenkes RI dalam acara yang sama memaparkan bahwa
pemerintah Pusat telah menerapkan program TOP pada kelompok yang rentan
terhadap penyebaran virus yang menggerogoti Kekebalan tubuh ini.
Program TOP, tersebut adalah:
- T (Temukan): artinya menawarkan untuk melakukan tes HIV. Tes ini bersifat sukarela atau atas anjuran petugas kesehatan pada kelompok masyarakat yang rentan terkena HIV.
- O (Obati) yaitu memberikan obat kepada penderita yang secara gratis.
- P (Pertahankan) yaitu usaha untuk mempertahankan penderita agar teratur minum obat.
Adapun kelompok masyarakat yang
rentan tertular virus ini dan harus menjalani tes secara berkala adalah : ibu
hamil, penderita hepatitis, IMS, penderita TB, pasangan ODHA, dan orang yang
tinggal di daerah epidemic HIV.
Hal ini selaras dengan target
untuk mengakhiri epidemic HIV/AIDS pada tahun 2030 yang dikenal dengan 3 zero
strategi. Yaitu zero new infection, zero
AIDS related death dan Zero discrimination. Dan pemerintah telah membuat langkah
percepatan/Fast track yang terangkum dalam gambar berikut ini :
Provinsi Jawa Timur
Di Jawa Timur angka penderita
HIV/AIDS tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Tingginya angka
tersebut dikarenakan banyaknya temuan penderita baru. Bagaikan dua sisi mata
uang. Temuan bisa diartikan sebagai kemunduran dalam penanganan HIV/AIDS Namun
juga dapat diartikan sebagai landasan untuk langkah berikutnya. Dengan demikian,
penderita yang terdeteksi dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mencegah
tertularnya virus pada orang lain.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur yang merupakan pelaksana dari setiap kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah pusat telah melakukan beberapa kebijakan sebagai upaya dalam
mengatasi penyebaran virus ini. Beberapa langkah tersebut adalah dengan
memberikan kemudahan akses pelayanan kepada masyarakat yang ingin memeriksakan
diri, meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Dan sosialisasi
menghilangkan stigma mengenai penderita HIV/AIDS.
Untuk mewujudkan ketiga langkah
diatas, upaya yang dilakukan adalah :
- Meningkatkan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait (stake holder)
- Penguatan komitmen oleh para pengambil kebijakan agar lebih peduli. Dalam hal ini adalah para pemimpin daerah seperti bupati dan walikota diwajibkan untuk memberi lingkungan yang sehat pada warga yang diatur dalam peraturan daerah.
- Adanya keberlanjutan dari program yang dicanangkan dengan memberi dukungan pembiayaan.
Sebagai pihak yang langsung
bersinggungan dengan ODHA, Farid Hafifi dari LSM Mahameru mengungkapkan salah
satu tantangan bagi para ODHA adalah ketersediaan ARV. Memang, ARV diberikan
secara gratis oleh pemerintah, tapi bagi penderita yang tinggal di daerah
terpencil harus mengeluarkan biaya ekstra berupa biaya transportasi agar
memperoleh ARV. Diharapkan kedepannya ARV disediakan di setiap pukskesmas yang
tersebar di setiap kecamatan agar para penderita yang tinggal jauh dari
perkotaan dapat dengan mudah memperolehnya.
Tantangan lain adalah cepatnya
penyebaran berita yang tidak benar namun dipercayai oleh banyak orang. Antara lain
adanya obat yang dapat menyembuhkan AIDS. Karena secara medis, yang disebut
obat untuk menyembuhkan itu belum ada. Sedangkan obat yang ada sekarang tidak
menyembuhkan tapi meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Satu lagi stigma yang melekat di
masyarakat : bahwa penderita HIV/AIDS akan nampak kurus kering dan
sakit-sakitan. Tidak semua penderita seperti itu. Banyak juga diantara mereka
yang nampak bugar dan sehat. Namun dalam tubuhnya bersemayam virus HIV.
Yayasan Mahameru yang berdiri
sejak tahun 2009 ini bekerja di area Pre dan Post Hospital, yaitu pendampingan
saat akan melakukan test dan setelah melakukan test HIV. Pendampingan yang
dilakukan tentu saja tergantung hasil test. Pendampingan para ODHA dilakukan untuk
memastikan bahwa mereka terus mengkonsumsi ARV dan agar para penderita HIV/AIDS
lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan dan menang melawan stigma.
22 comments
Ayokk mb retno, arema harus melakukan germas biar sehattt...heee
BalasHapusAyoook semoga istiqomah yaa... Hihihi
HapusAkhirnya ketemu mbak retno di acara ini.
BalasHapusAlhamdulillah... Bertemu banyak Blogger keren...
HapusSemoga perisai agama, do'a dan iktiar sentiasa dimampukan shg terhindar dari perbuatan sia2..,
BalasHapusAamiin YRA.... 😇
Amiin... Semoga sekitar semua selalu dalam lindunganNya...
Hapussemoga informasi dari blogger bisa di terima dg jelas oleh masyarakat ya...
BalasHapusSemoga mbak...
Hapusmemang harus dapat edukasi sepeti ini kak karena bagus
BalasHapusBiar masyarakat lebih mengerti ya...
Hapusyes ,, putus rantai penyebarannya.
BalasHapusJangan jauhi orangnya, tapi jahui penyakitnya ....
Dimulai dari diri sendiri dan lingkungan kita ya Bun...
HapusItu yang terkena penyakit hiv mayoritas kalangan remaja apa yang udah beristri juga?
BalasHapusDari kalangan remaja juga ada....
HapusPemerataan fasilitas kesehatan yah mbak, penting juga. Kasihan saudara2 kita yang tinggal di pelosok, akses pengobatan jauh harus ke kota dulu, sedangkan penanganan mungkin mereka butuhkan segera.
BalasHapusCiee, yang sambil reuni colongan sama mas Farid. lala yeye :D
Hahaha... Ga nyangka ketemu saudara seperguruan :D
HapusContohnya daerah asalkan... Kalau mau ke kota kabupaten perjalanannya 1,5 jam lebih...
Ternyata seorang ibu dengan ODHA dapat melahirkan anak sehat juga ya.. jadi sebaiknya kita kasih dukungan pada mereka
BalasHapusIya mbak... Jangan malah dijauhi ...
HapusWah bermanfaat banget, saya sejauh ini masih kurang tahu soal HIV ini :D
BalasHapusSalam kenal mbak :)
Salam kenal juga mas...
HapusAyo semangat GERMAS agar ZERO AIDS bisa terwujud
BalasHapusAmin... Semoga semua pihak dapat bekerja sama...
Hapus