Konten [Tampil]
Kejadian ini sudah beberapa hari lalu sih. Awalnya tidak berniat untuk menceritakan di blog. Tapi kok ya blognya sudah bersuara krik krik krik… sepi maak karena sudah lama tidak diisi.
Beberapa hari lalu ada
undangan rapat wali murid di sekolah anakku yang SD. Karena masih siswa baru,
jadi sekolah mengadakan pertemuan untuk menjalin silaturahmi dengan wali murid
dan menjelaskan tentang kurikulum 2013 (K 13).
Karena pagi harinya
anak-anak belum membawa bekal maka saya mengantarkan bekal untuk anak-anak
sekaligus menghadiri rapat. Seperti biasa saya bawa sepeda kesayangan menuju ke
sekolah. Tiba di tikungan yang agak menanjak saya rasakan berat sekali sepeda
saya sampai dengkul terasa payah. Sambil jalan saya intip roda depan emang agak
kempes. Mungkin itu sebabnya pikir saya.
Sampai di sekolah,
setelah mengantarkan bekal ke masing-masing kelas, saya langsung menuju aula. Ternyata
rapat sudah dimulai. Hohoho…saya telat saudara….
Kesimpulan rapat yang
saya tangkap adalah bahwa anak-anak sekarang ini berada di zaman yang berbeda
dari zaman orang tuanya dahulu. Kini arus informasi semakin deras. Melalui internet,
anak-anak bisa mendapatkan berbagai macam info yang bahkan belum layak mereka
dapatkan. Untuk itulah orang tua harus lebih “pintar” dari anak untuk urusan
teknologi, terutama gadged/gawai. Karena itu pemerintah menerbitkan K13 untuk
sekolah dasar sampai tingkat atas. K13 ini memiliki 3 pilar yaitu Perilaku,
Pengetahuan (ilmu) dan Ketrampilan.
Melalui K13 ini anak-anak
diharapkan memiliki ahlak yang baik, ilmu pengetahuan yang cukup dan
ketrampilan agar dapat menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Disinggung juga bahwa
nantinya hasil laporan pendidikan anak-anak berupa deskripsi bukan nilai angka
seperti pada KTSP (Non K13). Jadi sebagai orang tua jangan terkejut kalau rapot
anaknya beda dengan sekolah lain.
Selesai rapat, karena
masih pukul 09.30, saya berniat untuk melihat pameran lukis lokal yang digelar
di gedung DPRD. Begitu sampai di parkiran, ternyata roda belakang sepeda saya
kempes.
Belakangan baru saya
sadari kalau penyebab dengkul saya kepayahan adalah si roda belakang ini. Bukannya
si roda depan. Untunglah tidak sampai 50 meter saya berjalan ada tukang tambal
ban di depan RSUD Kanjuruhan. Pengalaman pertama nih, ke tukang tambal ban
bersama onthel kesayangan wkwkwk.
Sambil menunggu ban
saya di tambal, saya melihat ke sekeliling. Di depan rumah sakit berderet
warung dan penjual makanan yang mangkal di trotoar dan bahu jalan. Termasuk si
bapak penambal ban juga mangkal disitu. Ironis memang, disatu sisi saya
menyayangkan keberadaan para pedagang dan penambal ban tersebut tapi di sisi
lain saya juga termasuk pengguna jasa mereka.
Kenapa saya
menyayangkan keberadaan mereka? Sebagai pengguna setia sepeda onthel, saya
merasa dianak-tirikan huhuhu… di trotoar ga boleh, bahu jalan pun tak dapat. Belum
lagi di sebelah utaranya deretan para pedagang itu, banyak mobil parkir parallel
di tepi jalan. Karena bahu jalan sempit maka separuh body mobil memakan jalan. Jadinya
saya saingan sama kendaraan bermotor. Padahal jalan rayanya tidak terlalu
lebar. Beginilah nasib pengendara sepeda…
Kalau saya boleh usul…
kasih jalan dong pak buat kita-kita berupa jalur sepeda agar dapat ngonthel dengan aman. Mumpung Kepanjen
masih jadi kota kecil. Masih tahap berkembang. Sebelum masalah jadi lebih
kompleks lebih baik dipikirkan mulai sekarang.
Beberapa keuntungan
adanya jalur sepeda adalah:
- Mengurangi polusi udara, karena akan semakin banyak orang beralih dari kendaraan bermotor ke sepeda
- Merubah mindset tentang olahraga. Selama ini kalau saya perhatikan disini, kebanyakan menganggap bersepeda adalah olah raga yang dilakukan hanya di waktu khusus dan di tempat yang khusus. Dengan adanya jalur sepeda dapat merubah mindset tersebut.
- Mengurangi angka kecelakaan. Indonesia adalah pengguna sepeda motor terbesar ketiga di dunia. Angka kecelakaan yang diakibatkan pengguna sepeda motor juga tidak kecil (CMIIW)
- Mengurangi kemacetan. Semakin berkembangnya kota Kepanjen akhir-akhir ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kemacetan di kemudian hari. Untuk itu lebih baik kita mencegahnya jauh-jauh hari dengan memberlakukan jalur sepeda.
FYI, menurut laman
Kidnesia dot com, Negara dengan pengguna sepeda terbanyak adalah Belanda,
dimana 99, 1 % warganya adalah pengendara
sepeda. Berikutnya Denmark dengan jumlah pengendara sepeda kurang lebih 80,1%.
Diikuti oleh Jerman, Swedia Norwegia Finlandia dan Jepang. Kalau kita
perhatikan Negara-negara diatas adalah Negara maju. Dimana warganya sudah
memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya hidup sehat dan menekan tingkat
polusi udara.
Kalau di Negara maju,
sepeda sudah menjadi budaya, kenapa kita tidak? Apalagi sekarang ini Kota
Kepanjen menjadi prototype dalam
pelaksanaan Green City. Jadi, masih nyambung kan Pak usul saya?
Satu lagi keuntungan
kalau ada jalur sepeda, agar saya gak dikasihani lagi sama orang-orang hihihi. Mengantarkan
bekal ke sekolah yang jaraknya kurang lebih 2 km pakai sepeda aja masih
dianggap aneh. Apalagi kalau saya cerita ngonthel ke pasar yang jaraknya 2x
lipat… hihihi.
Baiklah lanjut ke
cerita saya tadi ya. Setelah menambal ban bergegas saya ke gedung DPRD untuk
menlihat pameran lukisan lokal. Ini juga pertama kalinya melihat pameran
lukisan. Seperti pameran lukisan yang saya lihat di tipi-tipi, ruangan tampak
sepi. Hanya beberapa orang saja yang ada di sana.
Pameran lukisan ini
pesertanya adalah pelukis yang berasal dari Kabupaten Malang. Menurut, salah
satu pelukis yang sempat saya ajak ngobrol kemarin. Pameran ini digelar tanpa
persiapan yang panjang alias mendadak. Pantas saja, pikir saya. Beberapa judul
lukisan yang tertulis di label terkesan asal diberi judul. Mungkin karena yang
membuat label bukanlah pelukisnya sendiri. Bahkan ada pula yang meletakkan
labelnya tertukar antara lukisan satu dengan yang lainnya. Sayang sekali,
padahal menurut saya sebagai orang awam, judul lukisan itu dapat membantu penikmat
lukisan untuk “masuk ke dalam dunia” yang diciptakan oleh si pelukis.
Selain puluhan lukisan
yang dipajang, ada juga sebuah lukisan yang masih dalam proses penyelesaian. Sebuah
lukisan oil pastel diatas karton ini merupakan pesanan. Tampak seorang Bapak
berhadapan dengan standing/ easel tengah menyelesaikan lukisannya yang berupa gambar
wajah seseorang. Dengan melihat foto di depannya Bapak itu melukis sambil
diselingi ngobrol dengan orang yang ada di sebelahnya.
Selain itu, ada juga
seorang seniman lain yang menggambar di atas sebongkah batu. Kita dapat memesan
gambar wajah kita yang dilukis di atas batu. Pengerjaannya pun cepat, hanya
dibuat sketsa sebentar, kemudian ditinggal keliling-keliling untuk melihat
lukisan, pesanan kita sudah jadi. Harganya pun cukup murah 50 ribu rupiah. Tentu
saja akan dikenakan biaya tambahan jika anda memasang pigura sekalian. Katanya,
lukisan di atas batu ini baru pertama kali ada. Belum ada di tempat lain.
Diantara deretan
lukisan, saya melihat ada beberapa kaos (T-Shirt) yang ikut dipajang. Kaos tersebut
juga merupakan media lukis, jadi kita dapat memesan kaos yang terdapat lukisan
diri kita. Harganya juga cukup terjangkau Rp 200 ribu di tambah harga kaos. Nah…
anda tertarik?
Karena hari sudah
siang, saya pun buru-buru pulang. Masih tetap melewati rute yang sama, dimana
saya harus berbagi jalan dengan kendaraan bermotor. Sesampainya di rumah saya
segera meluruskan kaki, menikmati sensasi dengkul saya yang telah mengayuh
sepeda dengan roda yang kempes. Dan ternyata, sampai malam dengkul saya masih
terasa uwow hehehehe.
39 comments
Wah saya juga concern tuh sama kendaraan bermotor yang suka klaksonin orang naik sepeda. Padahal mereka yg naik sepeda malah lagi bantu ngurangin polusi dan hemat BBM :') Semoga masyarakat makin peka dengan para pesepeda :')
BalasHapusIya mbak, gak enak rasanya dipandang sebelah mata
Hapuspadahal neng Hanifa kemana-mana naik motor bahkan seringnya malah pake mobil.
Hapus#emang matanya cuma ada sebelah ya?
wkwkwk
HapusKepingin kaosnya hehe
BalasHapusAyok pesen hehe
Hapus"Sebagai pengguna setia sepeda onthel, saya merasa dianak-tirikan " Sepertinya ini jadi masalah buat banyak kota di Indonesia. Di solo juga.. bebrapa jalur lambat dibiarkan tanah kasar tidak diaspal (mana ada sepeda yg mau lewat..), giliran diaspal sering dipakai mangkal pedagang sama parkir mobil.. :sedih:
BalasHapusPerlu aturan yang lebih tegas keknya...
Hapusaturannya udah ada, penerapannya yang nggak dijalanken...kayanya mah
HapusPake apa tuh mba gambar pertama itu yg ada kartunnya
BalasHapusBikin avatar di bitmoji, crop pake pics art, tambahi tulisan pake phonto mbak Yurma...
HapusArtikel yang UWOW! 👍👍👍
BalasHapusBlajar curhat mbak qiqiqi
Hapushanya saja gambarnya sedikit agak buram mba. tapi jujur artkelnya lengkap
BalasHapusDibuat tak berdaya oleh kamera hape hehehe
Hapussaya telah menangkap usulan admin agar seluruh jalur lintas jalan raya untuk diberikan juga jalur sepeda onthel, tapi ingat yah, jika sudah saya akomodasi usulannya, setiap hari baik jarak jauh maupun dekat, admin harus pakai sepeda onthelnya...okeh...
BalasHapusWkwkwkwk yang make jalur sepeda kan bukan cuma aku, Mang Lembu...
Hapussaya jadi pengikutnya no 19 nih yah
BalasHapusudah aku folbek, Mang... Makasih ya...
Hapusaku gagal paham, nyinyir-nya di mana ya? *salah fokus*
BalasHapuskurang tajam kali ya nyinyirannya hihihi
Hapuskaos yg ada lukisan wajah selesaia berapa lama kak?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusHooo, saya kira ada nyinyiran heboh di medsos, Mba.
BalasHapusDengkulnya sudah nggak uwow kan Mba? :)
hihihi... belum berani nyinyirin yang di medsos mbak...lain kali tak coba...
HapusJadi kangen naik sepeda. Udah lama banget engga, hoho
BalasHapushayuk mba sepedahan...
HapusBerasa ikut capek mbayangin rute yg ditempuh :D
BalasHapusSite blog sama G plusnya udah tak add ya Mbak. Folbek yaaa,hihi. Mari berteman :)
udah aku folbek semua ya mbak...
HapusMba Retno keren, sampe sekarang saya masih suka naik kendaraan umum karena belum punya kendaraan pribadi. Kalo ada rejeki maunya juga beli sepeda aja, gak pengen beli motor.
BalasHapus:)
Salam kenal mbak :)
iyaa biar lebih sehat ya...
HapusJika anda sudah terbiasa diklakson kendaraan bermesin saat bersepeda, masih tetap menaiki sepeda saat jalan tak ada yg bagus dan dirampas unk lahan parkir, tapi kamu tetap bersepeda. Saya angkat topi untuk itu.
BalasHapusbersepeda biar sehat jugaa...
HapusEh tapi sekarang bukan nya banyak jalur sepeda yaa di kota2 besar ???
BalasHapusakuuu tinggalnya di kota kecil mz Cum..
HapusWah ban kempes sampe ga kerasa gitu? Artinya saking smangatnya sampe lupa ada yg salah hehe salam pit2an kalo gitu :)
BalasHapusbaru sekali ini naik sepeda bane kempos wkwkwk... suka nge-pit juga toh?
HapusMak Retno kereeeeen, concern banget dgn lingkungan bahkan udh hidup sehat dgn ngonthel gitu, kece deh Mak ;)
BalasHapusHaisssh... awalnya juga karena terpaksa mbaaa... ga bisa bawa motor sendiri, eh keterusan hihihi
Hapus