Konten [Tampil]
Akhir-akhir ini di media sosial
ramai sekali dengan istilah Post Power Syndrom. Gara-gara ada beberapa orang Bapak mantan nganu yang mengeluarkan statemen bernada nganu, sehingga beberapa
orang menganggap para Bapak ini nganu. Nganu yang terakhir maksudnya Post Power
Syndrom….wkwkwk. Saya sih tidak akan membahas statement bapak-bapak ini karena
saya tidak punyai kapasitas yang cukup nganu untuk menganalisa pernyataan
mereka. Saya hanya akan sedikit membahas tentang post power syndrome.
Post power syndrome dapat menyerang
siapa saja, baik pensiunan pejabat kelas kakap ataupun pegawai kelas teri (
dua-duanya sama-sama enak, apalagi kalo lalap pete…wkwkwk apasih…). Hampir setiap
orang yang sebelumnya melakukan pekerjaan dengan rutin dapat menderita post
power syndrome ini. Kebanyakan penderita tidak menyadari bahwa mereka menderita
post power syndrome. Namun gejalanya dapat dirasakan oleh orang-orang
disekitarnya. Gejalanya dapat berupa perubahan fisik, emosional maupun
perilaku.
Yang biasanya tampak segar dan
ceria tiba-tiba berubah menjadi kuyu. Karena beban psikis menjadi mudah
sakit-sakitan. Yang biasanya bisa menjadi pendengar yang baik dan mampu
menelorkan ide yang brilian tiba-tiba berubah menjadi mudah tersinggung dan tidak
mau menerima saran orang lain. Yang biasanya begitu bersemangat dalam hidup
tiba-tiba menjadi pemurung dan tidak berselera makan. Bahkan orang yang terlalu
berapi-api dalam menceritakan segala sesuatu tentang masa lalunya juga
terindikasi menderita gejala post power syndrome.
Sbr :kisah islam.com |
Nah, dari sini kita semua
mendapat gambaran bahwa post power syndrome adalah semacam gangguan psikis berupa
bayangan masa lalu yang selalu muncul akibat ketidak relaan diri dalam
menghadapi kehidupan yang sekarang dijalani.
Ada beberapa tips yang bisa
diterapkan agar tidak mengalami gangguan ini. Tips ini bisa digunakan oleh
semua orang, bukan saja para pegawai yang mendekati masa pensiun tapi juga
untuk pimpinan organisasi, ketua RT, pak Lurah bahkan Ketua Kelas di sekolah
yang akan mendekati masa akhir jabatan.
Apa saja sih tips yang bisa dilakukan :
1. Sadar
diri bahwa kita ini bukan siapa-siapa
2. Menyadari
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini semua sifatnya sementara.
3. Mempersiapkan
diri, bahwa sebentar lagi masa jabatan akan berakhir.
Saya yakin, siapa saja pasti
menyadari bahwa setiap jabatan itu akan ada masa berakhirnya. Bedanya ada yang bisa
menerima dan ada pula yang menyangkalnya. Dan pada masa-masa mendekati akhir
masa jabatan ada sebagian orang yang mempersiapkan diri dan ada sebagian pula
yang memanfaatkannya, aji mumpung begitu orang jawa bilang.
Berbahagialah bagi orang-orang
yang menyadari bahwa jabatan itu hanya sementara karena begitu masa jabatannya
habis, mereka akan menikmati hari-harinya dengan bahagia. Berbahagialah para
Bapak Ibu yang mendekati masa pensiunnya telah melakukan persiapan terlebih
dahulu, pasti beliau-beliau menjalani masa tua dengan penuh kesyukuran dan
bahagia.
Saya sendiri belum pernah
mengalami, baik masa kerja atau masa-masa akhir jabatan sebuah organisasi
(karena saya dari dulu biasa-biasa aja, dan tidak pernah jadi apa-apa hehehehe)
namun saya akan berbagi pengalaman Bapak saya terhindar dari Post Power
Syndrom.
37 tahun bukanlah waktu yang
sebentar untuk mengabdi. Menjadi guru di daerah pegunungan kemudian meningkat
menjadi kepala sekolah. Jarak sekolah yang jauh melewati jalanan yang waktu itu
masih makadam dengan batu sebesar kepala orang dewasa sudah biasa dilalui oleh
Bapak. Kalau musim hujan jalanan menjadi licin dan “jeblog” kalau orang jawa
bilang. Namun Bapak tidak pernah mengeluh.
Pada pagi hari mengabdi di
Sekolah Dasar, sorenya Bapak mengajar di SMP dan SMA swasta yang ada di daerah
kami. Yang namanya sekolah di desa, waktu itu tenaga guru masih terbatas, maka
Bapak terbiasa mengajar berbagai macam mata pelajaran tergantung kebutuhan. Namun
yang paling utama adalah mengajar bahasa Inggris.
Begitulah rutinitas bapak
sehari-hari, mengajar dari pagi sampai sore hari. Rutinitas yang dijalani
sampai puluhan tahun. Dan yang paling lama adalah menjadi Kepala Sekolah SD.
Tahu sendiri lah, yang namanya Kepala Sekolah itu banyak sekali tanggung
jawabnya. Banyak yang dipikirkan, mulai dari gedung sekolah, siswa sampai guru
bahkan menghadapi wali murid pun menjadi
tugas kepala sekolah.
Beberapa tahun menjelang masa
pensdiun, Bapak mengajukan diri menjadi
Penilik Dikmas, yang tugasnya waktu itu berhubungan dengan Pendidikan Luar Sekolah.
Misalnya mengenai pemberantasan buta huruf, kelompok belajar paket A, Kelompok
belajar paket B dan lainnya.
Salah satu tugas Bapak adalah
mendata ada berapa warga buta huruf dan putus sekolah yang ada di wilayah kerja
Bapak. Bisa saja Bapak hanya ongkang-ongkang di rumah dan menyulap angka-angka
yang ada di tabel. Tapi itu tidak dilakukan oleh beliau. Satu persatu RT,
Kepala Desa beliau datangi untuk mendapatkan data. Padahal yang namanya Malang
Selatan waktu itu jalannya waduuuh… parah. Belum ada aspal, jalannya naik turun
bukit dan tentu saja licin sekali kalau sedang musim hujan.
Ketika saya tanya, mengapa Bapak
memilih menjadi Penilik Dikmas waktu itu. Beliau hanya menjawab bahwa tanggung
jawabnya lebih sedikit. Hanya bertanggung jawab pada pekerjaan saja, tidak
bertanggung jawab terhadap orang banyak seperti ketika menjadi kepala sekolah.
Belakangan saya baru tahu bahwa Bapak
memilih menjadi Penilik pada waktu itu adalah untuk mempersiapkan masa pensiun beliau.
Dengan menjadi penilik Dikmas, secara otomatis jam berkantor juga berkurang
karena harus turun ke lapangan untuk mencari data. Terkadang pekerjaan bisa
dilakukan dirumah, dan hasilnya langsung disetorkan ke Kabupaten. Dan akhirnya
setahun sebelum masa pensiun resmi tiba, Bapak sudah mengajukan diri untuk pensiun
dini karena sudah merasa siap lahir dan batin.
Pada masa itu tentu ada masa-masa
dimana Bapak “galau” kalau memakai istilah sekarang. Apa yang akan dilakukan
nanti pada saat pensiun. Beruntung ibu selalu ada di samping Bapak dan menjadi “supporter”
setia. Dukungan Ibu baik berupa sikap maupun kata-kata dapat menjadi booster
untuk Bapak. Kata-kata Ibu misalnya “enak nanti kalau sudah pensiun kita bisa
jalan-jalan meskipun bukan hari libur”, “kalau sudah pensiun, kita bisa
sewaktu-waktu menjenguk Retno “ (waktu itu saya masih SMA dan jadi anak kos). Itulah
sedikit kata-kata dari Ibu untuk selalu mendukung Bapak.
Alhamdulillah Bapak bisa
menjalani masa transisi itu dengan baik. Kini Bapak sibuk dengan
tanaman-tanaman di kebun. Masih ngajar juga di SMA, tapi jam mengajarnya sudah
jauh lebih sedikit. Kalau dulu sebelum Bapak pensiun hasil kebun yang pasti
adalah pisang dan kelapa, karena kedua tanaman itu tidak perlu perawatan
khusus. Tapi kini buah dan tanaman yang dihasilkan bapak makin bervariasi ada
durian, langsat, papaya, coklat, cabai, pisang kelapa, dan alpukat.
Kalau sedang ada panen buah, coba
tebak siapa yang paling senang? Tentu saja sayaaaa hehehehe lumayan kan anggaran
beli buah bisa masuk kantong lagi wkwkwk dasar emak irit.
Nah, sudah terbukti kan kalau
Post Power Syndrom dapat dicegah? Hanya dibutuhkan kesadaran diri dan dukungan
orang-orang terdekat. Semoga kita semua dapat terhindar dan bisa menjadi
pendukung bagi orang orang yang kita sayangi….aamiin
8 comments
Bapaknya mba Retno luar biasa ya mbaaa... Semoga ALLAH menjaga kita semua dari penyakit, baik fisik maupun batin, dan termasuk si PPS ini.
BalasHapusThanks for sharing mbaaaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Mbak buah langsat itu ada ya ternyata di Indonesia? Sering dengar buah ini kalau pas lagi nonton Upin dan Ipin. Hahaha.. Itu buah duku kah?
BalasHapusHebat euy bapaknya Mbak Retno mah, orangnya memilih aktif dan tangannya adem kalau diminta menanam tanaman macam-macam. Coba rumah kita dekat ya mbak.. *uhuk
Wah hasil kebun nya ada cabai, hehhe kalau sekarang Cabai jadi idola. Makasih mba info nya tentang PPS dapat di cegah.
BalasHapusPenting nih buat bpk ku yg baru pensiun bbrp bulan ini. Istilah2nya baru denger
BalasHapusmemang mesti cepat ada kegiatan mbak. Sebenarnya masa transisi dari yg biasa ada kegiatan trus mendadak nganggur itu yg bikin mental drop. Lalu merasa gak berguna, gak ada yg inget, and so on... Dan ya kelg mesti rajin2 mendampingi juga sih... Salam sama bapaknya yaaa semoga sehat dan bahagia selalu dengan hari2nya, amin
BalasHapusKyk mertuaku mbak, menyibukkan diri dengan kerjaan rumah apapun :D
BalasHapusTFS ceritanya
Saya bertanya kepada pemilik blog ini, dapatkah saya mendapatkan hak saya untuk berkomentar diblog ini?
BalasHapusBapak kereeen euy.. Tapi ibu juga keren. Coba ibu bilangnya begini, "Aduh Pak, nanti kalau pensiun uang belanja sayur berkurang dong?" gitu.. Weee..bisa post power syndrome beneran. Hihihi..
BalasHapus