Konten [Tampil]
Yang namanya anak-anak tentu
pernah melakukan sesuatu yang kalau diingat-ingat sekarang malah membuat
tertawa-tawa sendiri. Padahal saat masih kecil saya melakukannya dengan penuh
kesadaran dan keseriusan. Baru setelah dewasa saya menyadari bahwa apa yang
saya lakukan dahulu itu teernyata menggelikan sekali.
·
Hidung mancung. Bentuk hidung saya sebenarnya
tidak pesek tapi juga tidak mancung, tapi kecil (ngelessss ajaa…) Mungkin
karena terlalu sering nonton acara “film terakhir “ di TVRI yang kebanyakan
adalah film barat, saya jadi terobsesi punya hidung mancung seperti para bule
yang sering saya lihat di film. Jadilah saya sebentar-sebentar menekan kedua
sisi hidung saya dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol sambil menariknya
ke depan agar lebih mancung. Ternyata
berapa kalipun saya menarik-narik hidung saya, tetap saja bentuknya seperti ini
hahahaha.
sumber :agrotekno.net |
·
Ampas kelapa jadi body lotion. Mungkin saat itu
kedua kakak saya sedang bercanda. Hanya saja saya yang mendengarnya menganggap
itu adalah sesuatu yang serius. Maklum jarak lahir dengan kedua kakak perempuan
saya cukup jauh yaitu 11 tahun dan 13 tahun. Jadi candaan kedua kakak saya yang
sudah remaja itu saya telan mentah-mentah dengan lugunya. Kata mereka kalau
ampas kelapa kita gosok-gosokkan ke kaki atau tangan, maka kita akan disayang
oleh mertua. Dengan lugunya saya selalu menggosok-nggosokkan ampas kelapa itu
ke kaki saya saat disuruh ibu membuang ampas itu ke tempat sampah. Tentu saja
saya melakukannya dengan diam-diam karena malu. Tiba-tiba saja saya kepikiran,
kalau kayak gini terus bukan disayang mertua melainkan dikasihani hahahaha… karena
merasa bodoh saya pun menghentikan kebiasaan itu wkwkwk.
sumber:retnodamayanti.wordpress.com |
· Membebat kaki. Entah memang keturunan atau kebanyakan telanjang
kaki ketika masih kecil, telapak kaki saya bentuknya lebar. Kalau orang Jawa
bilang “njeber”. Dulu saya sangat kesal kalau melihat telapak kaki saya
sendiri. Dan dari membacalah saya tahu kalau para Putri dari salah satu negeri
di Tiongkok sana rela membebat kakinya sehingga membuat kaki-kaki mereka
menjadi lebih kecil.
Kira-kira kelas
dua SD saya pun melakukan hal yang sama pada kedua kaki saya. Setiap akan
tidur, saya membebat masing-masing telapak kaki saya dengan sebuah selendang
kecil. Satu malam pertama, ternyata tidak ada hasilnya, dengan penuh harapan
saya lakukan lagi pada malam berikutnya. Ternyata sampai malam ketiga
terlewati, tidak ada perubahan pada telapak kaki saya. Akhirnya belum sampai
satu minggu saya sudah berhenti membebat kaki saya dan hasilnya… tentu saja sampai
sekarang pun masih “njeber” hehehe.
sumber:memegenerator.net |
·
Bilang “amit”. Sejak masih kecil, Ibu sudah
mengajarkan sopan santun kepada saya. Ketika lewat di depan orang lain baik
yang lebih tua atau lebih muda harus bilang “pemisi” atau dalam bahasa Jawa “
nuwun sewu” untuk orang yang lebih tua dan “amit” untuk yang sebaya atau lebih
muda. Nah ceritanya saya sedang bermain bersama sepupu saya yang sedikit lebih
muda. Kami berdua bermain panjat pohon di depan rumah. Waktu itu ada sebuah
pohon cemara yang sudah cukup besar. Tiap kali posisi saya lebih tinggi dari
saudara sepupu, saya selalu bilang “amit”. Begitu juga dengan dia. Untuk
mencari posisi wenak untuk duduk, kami sering berpindah-pindah tempat.
Akibatnya, alih-alih ngobrol kami malah sedikit-sedikit bilang “amit”. Karena
capek, akhirnya sepupu saya bilang “aku amit sampe sesuk yo (aku amit sampai
besok ya)”. Saya pun tak mau kalah “aku amit sampek mati yo (saya permisi
sampai mati ya)” hahahaha. Jadi jangan salahkan saya kalau sekarang saya lewat
didepan sepupu saya itu tanpa bilang amit, kan sudah dirapel sebelumnya wkwkwkwk.
Itulah beberapa hal absurd yang
pernah saya lakukan waktu masih kecil dulu. Sudah gak tau lagi waktu itu saya
lugu atau bodoh hehehe. Terima kasih sudah membaca kisah konyol saya, mungkin
anda mau berbagi kisah konyol masa kecil anda dulu di kolom komentar. Santai aja
mas Bro dan mbak Sis… gak usah malu karena terkadang konyol itu menyenangkan…