Konten [Tampil]
Selalu ada yang
pertama untuk segala sesuatu bukan? Pengalaman pertama tentu sangat berkesan. Terutama
untuk hal-hal yang sudah kita inginkan sejak lama. Nah, berikut ini cerita saya
tentang pengalaman pertama …
Sejak jaman kolobendu…
eh apasih? Maksudnya sudah sejak lama saya kepingin sekali nonton sepak bola
langsung di stadion. Mengenaskan sekali ya, padahal jarak stadion Kanjuruhan dengan
rumah saya sekarang tidak lebih dari 10 menit, tapi belum pernah sama sekali
nonton sepak bola secara live di
stadion.
Entah dapat wangsit darimana kok
tiba-tiba Pak Suami mengajak untuk nonton langsung di stadion. Padahal dulu, ada saja alasannya yang
anak-anak masih kecil lah (iya sih), yang macet lah (iya juga sih) yang pasti
penuh sesak dan antri (yang ini juga bener sih). Hehehe nggak pentinglah itu wangsit dapat
darimana yang penting saya bisa cap cus
ke stadion….
Memang, sejak kecil saya suka nonton
olahraga. Dulu anak muda di desaku hits banget yang namanya bola volley,
termasuk dua kakakku. Akhirnya tiap kali ada pertandingan persahabatan atau
turnamen saya selalu merengek minta
ikut. Apabila tempat pertandingannya jauh, sampai ke luar desa atau ke
kecamatan lain biasanya kami menggunakan truk sebagai sarana transportasinya. Apabila
jaraknya dekat, misalnya di kampung sebelah, jarak 2-3 km bukanlah jarak yang
jauh untuk kami tempuh dengan berjalan kaki. Seru sekali mensupport para pemain
yang tengah berlaga sambil berteriak-teriak hehehehe.
Sedangkan di rumah, Bapak juga
selalu mengajak untuk menonton acara olah raga yang disiarkan di TV. Maklum,
waktu itu yang ada kan cuma TVRI, jadi setiap ada acara olah raga ya harus
nonton, tidak ada pilihan lain. Pertandingan olah raga yang sering saya tonton
bersama Bapak adalah Tinju, Bulu Tangkis, dan Sepak Bola. Pernah juga sih
nonton tenis, tapi karena tidak mengerti sistim penilaiannya saya jadi malas. Padahal
Bapak juga sudah menjelaskan berkali-kali hehehe….
Saking sukanya Bapak dengan
olahraga tinju, beliau selalu ikut menilai jalannya pertandingan. Apabila tidak
ada yang KO, pasti kan dinilai pakai angka, nah penilaian Bapak hampir selalu
sama hasilnya dengan juri pertandingan. Saat saya kuliah dan jadi anak kost
Bapak sering kali menelfon untuk sekedar member tahu, akan ada pertandingan
tinju di TV. Dan saya pun mengusahakan untuk selalu menonton. Setelah
pertandingan usai Bapak juga menelfon untuk menceritakan hasil penilaian
beliau. Itu terjadi sampai saya punya dua orang anak, setelah itu semakin
jarang dan lama kelamaan hampir tidak pernah lagi. Mungkin karena Bapak pikir saya
udah gak sempat nonton tinju, makanya saya gak ditelepon-telepon lagi kalau ada
pertandingan hehehe…
Haduh jadi kemana-mana ini
ceritanya… balik lagi ke stadion ya…. Coba bayangkan ketika anda berada di
suatu tempat yang sudah lama anda idam-idamkan, dan berada di tengah-tengah
orang yang mempunyai kesenangan yang sama dengan anda. Pasti senang sekali
bukan?
Begitu juga dengan saya. Setiap sudut
stadion tidak lepas dari pengamatan saya. Penontonnya, seperti yang sering kita
lihat di TV. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa bahkan sampai yang sepuh
pun ikut menonton. Antrian masuk ke lapangan yang panjang tidak jadi penghalang
bagi mereka. Dengan atribut kesayangan, dan wajah ceria mereka mencari tempat
duduk di tribun. Semua penonton yang saya temui nampak antusias. Ada yang
nonton bersama teman, pacarnya (kelihatannya sih…) bahkan ada yang satu
rombongan keluarga ikut semua mulai dari anak bayi, orangtua si bayi sampai
kakek neneknya. Bener-bener deh mereka penggemar bola sejati.
Ketika mendekati waktu
pertandingan, para penonton semakin memenuhi tribun. Para penonton yang berada
di tribun yang terletak di bawah papan score mulai beraksi. Mereka mulai
bernyanyi diiringi iringan music dari Drum. Beberapa waktu sebelum pertandingan
para pemain tuan rumah keluar ke lapangan untuk menyapa para penonton yang
disambut dengan tepuk tangan dan teriakan bergemuruh. Beberapa waktu kemudian semua
pemain keluar lagi ke lapangan untuk melakukan pemanasan. Diawali oleh tim tuan
rumah yang tentu saja mendapat sambutan meriah. Dan ketika tim lawan yang
keluar juga disambut dengan meriah juga namun dengan nada yang sebaliknya. Biasalah
namanya supporter kan pemain ke dua belas. Jadi mereka berusaha mengalahkan
lawan dengan cara melemahkan mental pemain lawan. Sah-sah saja sih, selama tidak
mengeluarkan kata-kata kotor dan melempar botol hihihi…
Tepat ketika pertandingan akan
dimulai pembawa acara menyebutkan satu-persatu nama pemain yang akan tampil. Tanpa
dikomando, ketika pembawa acara menyebut nama depan salah satu pemain maka akan
diikuti para supporter dengan bersama-sama menyebut nama belakang pemain tersebut. Misalnya
Pembawa acara (P) : Hamkaaaa…
Supporter (s) : Hamzaaahhhhhhh…
P :
Estebaaan….
S :
Vizcarrraaaa….
Dan seterusnya. Saya dan
anak-anak pun tidak ketinggalan ikut berteriak-teriak hehehe. Meskipun teriakan
kami paling keras diantara penonton di sekitar kami, cuek sajalah namanya juga
di lapangan…. #norak
salah satu penabuh drum... sudah senior (sbr :IG:Aremafcofficial) |
Biasanya kalau nonton di depan
TV, saya selalu serius. Karena tidak ada yang bisa mengalihkan perhatian. Tapi ketika
nonton di stadion saya malah tidak bisa konsen nonton pertandingannya. Haduuuh…bagaimana
sih….
Perhatian saya malah terpecah
dengan-hal-hal yang ada di luar lapangan. Seperti atraksi penonton di tribun
bawah papan score. Mereka itu seperti tidak ada capeknya, bernyanyi terus
sepanjang pertandingan. Selain itu juga membuat gerakan-gerakan yang sangat
kompak. Maklum di barisan depan kan ada dirigennya. Jadi mereka tinggal
mengikuti instruksi saja.
Kebetulan saya berada di tribun
VIP. Dimana orang-orang disini lebih terkonsentrasi megikuti jalannya
pertandingan dibandingkan bernyanyi-nyanyi seperti penonton di tribun yang
berada di seberang saya. Hanya sesekali saja penonton di tribun VIP ikut
bernyanyi dan bersorak ketika terjadi gol. Mungkin hanya rombongan saya (maksudnya
saya dan tiga anak saya) yang paling ramai disitu. Ikut bernyanyi, berteriak-teriak
bahkan mengayun-ayunkan syal diatas kepala, untung penonton di belakang saya
tidak ada yang protes hehehe….#norak (lagi)
Selain ulah penonton, perhatian
saya juga terpecah olah para petugas medis yang dengan sigapnya berlari
menjemput penonton yang sakit di beberapa sisi lapangan. Tiga buah ambulan yang
terparkir hampir semua selalu ada pasiennya. Karena banyaknya penonton yang
pingsan. Bahkan ada sebuah ambulan yang bergerak cepat, mengangkut salah satu
pasien. Entahlah, mungkin dirujuk ke rumah sakit. Memang tribun ekonomi saat
itu penuh sekali. Beruntung saya berada di tribun VIP yang tidak sepenuh tribun
ekonomi.
Hal lain yang mencuri perhatian
saya adalah para petugas ber-rompi orange yang jumlahnya cukup banyak. Ternyata
mereka adalah petugas keamanan internal stadion. Jadi ketika ada penonton yang
rusuh, segera para pria ber rompi orange yang rata-rata berbadan kekar ini gruduk-gruduk ke tempat kejadian. Dan itu
tidak hanya sekali terjadi. Tapi berkali-kali. Ada juga terduga pencopet yang ditangkap
oleh mereka. Ada dua orang yang diamankan saat itu. Wajar sih, di tempat yang
penuh sesak oleh penonton ini dimanfaatkan oleh orang yang tidak
bertanggung-jawab. Yang tidak wajar adalah pikiran saya, bahwa semua orang yang
datang ke stadion niatnya cuma nonton sepak bola… dasar supporter amatiran
hehehe.
Ketika babak pertama hampir
habis, barulah konsentrasi saya mulai fokus ke pertandingan. Itupun juga karena
hape saya kehabisan baterai jadi terhenti acara jeprat-jepretnya. Ya gitu deh,
baru saja menikmati pertandingan peluit panjang tanda babak pertama sudah habis
berbunyi. Macam-macam ternyata yang dilakukan penonton pada waktu jeda pertandingan.
Ada yang buka bekal yang dibawa dari rumah. Ada yang buka nasi bungkus. Ada yang
beli nasi kuning di pedagang asongan dan anak-anak yang sejak tadi melirik
pedagang mi instan mulai melancarkan rayuan, minta dibelikan. Dan ternyata saat
jeda itu jika dipakai untuk makan-makan, tidak terasa cepat berlalu. Dan saya
pun bertekad akan fokus pada pertandingan babak kedua ini… yaelah…udah kayak
apaan aja.
Nonton langsung di stadion
seperti ini ada enaknya juga tidak ada enaknya. Enaknya, bisa merasakan
atmosfer pertandingan secara langsung dan bisa bersorak (baca:teriak) sepuasnya
#gakpedulisekeliling
Sedangkan tidak enaknya yaitu :
tidak ada replay (tayangan ulang). Kalau
menonton di TV kan enak, ada replay-nya
bahkan diulang beberapa kali. Nah, kalau di stadion kalau tidak hafal nomor
punggung atau nama pemain, siapa yang ngegolin
aja kita tidak tahu. Selain itu juga karena harga tiket VIP itu mahal (kalau
nontonnya dijadikan kegiatan rutin) kalau sekali-kali bolehlah, belum lagi
biaya lain-lainnya misalnya jajannya anak-anak. Padahal kemarin berangkat sudah
pada kenyang semua, eh pas nonton hampir semua pedagang yang lewat dibeli… nasi
kuning, tahu, kacang, minuman, mi instan haduh padahal saya juga sudah beli
makanan kecil di warung dekat rumah untuk bekal… ini mau nonton bola apa makan-makan
… malah lebih mahal dari harga tiketnya ini mah….
Bisa juga sih beli tiket yang
ekonomi, tapi ketika melihat melubernya penonton ekonomi dan seringnya mas-mas
yang pakai rompi orange grudak-gruduk
saya kok jadi pikir-pikir kalau nonton di tribun ekonomi. Secara saya bawa tiga
anak, sedangkan bapaknya anak-anak harus kerja dan tidak bisa menemani nonton….
Tidak terasa ternyata cerita saya
sepanjang ini, senang rasanya kalau mengingat pengalaman pertama itu…bolehlah
besok-besok diulangi. Saya juga mau ditawari nonton lagi kalau ada yang ngasih freepass VIP… hehehe ngarep.
Semoga sepak bola di Indonesia
semakin maju yaaa. Dan buat para supporter… ingatlah, tim lain bukanlah musuh melainkan
hanya lawan bertanding. Jadi jangan baper …sampai-sampai bikin rusuh…. Salam sportif.
Ada yang punya pengalaman serupa?
Bagi ceritanya dong…
26 comments
kalau boleh tahu berapa sih Mbak harga tiket VVIP nonton pertandingan bola? aku juga belum pernah nonton langsung, takut sama suporternya hahaha
BalasHapusTergantung event nya mbak... semakin besar eventnya harga tiket makin mahal... kemarin yang ekonomi aja 40 rb, VIP 110 rb dan VVIP 160 rb... tapi kalau pertandingan biasa ya agak murah ekonomi 25 an, VIP 50 an dan VVIP paling 75 rb an... tapi sebanding kok sama keseruannnya... buktinya banyak yang bawa rombongan keluarga besar wkwkwk...
HapusAku jadi pnasaran pingin ngerasain atmosfer tribun yang sesungguhnya ahahhaha
BalasHapusKayaknya lebih menantang adrenalin
Seru mbak pokoknya... minggu ini ada pertandingan lagi nih disini ... masih ngegalau mau nonton apa nggak...
HapusNonton sepak bola di tribun gitu, emang seru banget. Dulu pas masih punya 'geng' suka nonton sepak bola ke stadion. Sorak2 gaje gitu :D
BalasHapusSeru ya mbak...
Hapuswah penasaran nonoton, pengen tau euforianya nonoton bola..:-)
BalasHapussepertinya seru banget tuh...
Ayo coba sekali-sekali hehehe
Hapushihihihii saya seumur-umur di stadion baru sekali sih... tapi memang sensasi deg deg serrnyaa ituu beddaaa.. lebih terasa goncangannya XD dan kayak kk, jdi lupa diri dan "sebodo amet" sama lingkungan sekitar, kayak ga ada orang di sekitar kalo lagi teriak-teriak
BalasHapusTuh kaaan.. bukan aku aja yang kaya gitu...
HapusSaya belum pernah nonton langsung d stadion, males rame banget soalnya hihihi
BalasHapusKayaknya seru sih, tapi lebih enak dirumah ajalah, atau nobar dimana gitu :D
Wah, sekali-sekali mesti nyoba mbak...
HapusDuh pasti seru ya bisa nonton langsung pertandingan ke stadion.
BalasHapusJadi pengen coba nih.
Ayok mbak bareng bareng sama saya hehehe
HapusAku ngakunya doyan bola, tapi belum pernah ke stadion nonton langsung. Gimana coba itu? huehehe... Coba kalau penonton duduk tertib kayak diInggris gitu, asik, ya. Ga parno. Eh tapi tiketnya pasti makin mihil hehehe
BalasHapusMbak efi mau ngajakin saya? Hayuuk aja hehehe
HapusRame banget itu, mba. Kalo aku biasanya nonton di tv aja, hehe. Di rumah udah rame, ga kebayang kalo di stadion bakalan seheboh apa :D
BalasHapusHeboh banget pokoknya...
HapusHalah aku papasan sama suporternya di jalan aja takut, apalagi nonton.
BalasHapusNdak semua suporter anarkis mbak... saya contohnya...wkwkwkwk
HapusAhi hi hi wajar mbak baru pertama kali mungkin nanti juga akan terbiasa kok.
BalasHapusIya kali ya... kalo udah biasa ga terheran-heran macam ini...
HapusWaaahh saya malah udah ciut duluan kalo nonton bola langsung di lapangan, rame banget euy. Takut kecopetan dan kegencet-gencet. Makanya dulu kalo liputan soal bola aku milih di luar lapangan aja, hehe.
BalasHapusEmang kalo penontonnya pas penuh gitu khawatir mbak... mending cari tempat aman saja.. wah mbak Ratna, wartawan ya...
HapusWoaaaaahhhh. Seru banget sih Maaaak. Walaupun aku nggak suka bola tapi aku bisa ngerasain nih gimana rasanyaaa. Hihihii. Satu keluarga suka bola ya mak? Kompak sekalii. Hihihii. Makasi sharingnya ya Maaak
BalasHapusAnak-anak Suka semuaaa, yang ga terlalu suka malah bapaknya anak-anak hihihi
Hapus