Konten [Tampil]
Ibu saya selalu mengingatkan, “Suruhlah anak-anakmu makan kembulan, agar mereka rukun”.
Pertinyiinnyi… apakah kembulan itu?
Apakah sejenis makanan seperti kue, dodol, atau permen? Hehehe.
Kembulan, begitu orang jawa menyebut kegiatan makan bersama dalam
satu wadah. Kenapa menggunakan wadah, bukannya piring? Karena masyarakat Jawa
tradisional ketika makan bersama tidak hanya menggunakan piring tapi juga cobek
(cowek), nampan, daun jati, daun
pisang bahkan dengan menggunakan sesek. Sesek adalah anyaman bambu yang
berbentuk segi empat datar.
Kembulan tidak hanya dilakukan di dalam rumah, namun juga dilakukan
dalam kegiatan warga. Misalnya waktu saya kecil dulu, tiap awal puasa selalu
membawa nasi dan lauk-pauk ke Musholla. Setelah sholat Maghrib, berdoa bersama
dan tausyiah dari ustad biasanya kami makan bersama nasi dan lauk yang kami
bawa dari rumah. Kami tidak memakan nasi yang kami bawa sendiri. Melainkan nasi
orang lain yang juga dibawa ke Musholla. Kemudian makan bersama-sama dengan kembulan. Setelah makan, dilanjutkan
dengan bersih-bersih sambil menunggu waktu sholat Isya.
Beda dulu beda sekarang. Mungkin
karena beda tempat juga. Saya sekarang tinggal di kecamatan yang letaknya jauh
lebih “kota” dari rumah saya dulu. Di tempat tinggal saya sekarang ini, kalau
membawa nasi ke Musholla, setelah sholat maghrib, baca doa lalu nasi di bawa
pulang. Tidak ada acara kembulan
seperti jaman saya masih kecil dulu.
Namun demikian, saya masih
menerapkan makan secara kembulan pada
anak-anak saya. Karena menurut saya eh Ibu saya ding, kembulan
itu memiliki segudang manfaat, diantaranya :
·
Belajar berbagi. Dengan makan bersama dalam satu
wadah ini, mengajarkan anak untuk saling berbagi.
·
Lebih rukun. Setelah bermain bersama lalu ribut soal
mainan, coba deh anak-anak disuruh makan kembulan.
Pasti rukun lagi.
·
Menumbuhkan kasih sayang. Dengan saling berbagi,
masing-masing anak semakin merasakan rasa kasih sayang yang diberikan oleh
saudaranya.
·
Belajar bersikap nerimo (ikhlas). Misalnya ketika membuat telur ceplok, salah satu
ada yang kuningnya pecah sedangkan yang lain masih utuh. Atau telur dadar ada
yang sobek. Menurut pengamatan saya
(halah…) ketika salah satu anak saya mood-nya sedang jelek, tentu dia
mengharapkan makanan sesuai dengan yang diinginkannya. Untunglah salah satu
saudaranya ada yang mau mengalah dan mau bertukar lauk. Dan ini mereka lakukan secara
bergantian. Alhamdulillah…
·
Belajar menyukai makanan baru. Anak bungsu saya
tidak suka ayam baik berupa ayam goreng maupun yang telah berubah bentuk
menjadi nugget. Alhamdulillah, berkat kembulan
dia mau mencoba makan ayam goreng. Meskipun sekarang dia masih angin-anginan,
kadang suka mau kadang tidak tapi masih lebih baik daripada dulu, tidak mau
makan ayam sama-sekali.
·
Makan banyak tak terasa. Kadang anak susah kalau
disuruh untuk makan. Namun ketika makan dengan kembulan, maka rasa nikmat itu akan bertambah. Dan tanpa mereka
sadari mereka telah makan banyak tanpa dipaksa.
Nah, itulah beberapa manfaat kembulan yang sudah saya rasakan. Saya
bersama kakak-kakak saya dulu juga sering makan kembulan. Karena menggunakan piring kurang besar, maka yang kami
pakai adalah cobek. Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi yaitu wajan. Hehehehe….
Biasalah, Ibu dulu suka masak sayur lodeh nangka muda, kami menyebutnya jangan tewel. Sengaja kuah disusutkan
sampai habis, lalu sayur diberi minyak sedikit dan digoreng diatas wajan. Nah,
ketika sayur hampir habis, tinggal tambahkan nasi hangat ke dalam wajan,
tambahkan juga lauk dan sambal. Langsung deh kami makan beramai-ramai. Tak
terasa, nasi sebakul langsung habis hihihi.
Semoga sifat positif yang dipupuk
melalui kembulan ini dapat dibawa
terus oleh anak-anak sampai dewasa nanti. Dan manfaatnya tidak hanya dirasakan
oleh saudaranya tapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Aamiin.
Well, setuju dengan pendapat saya
mengenai manfaat makan kembulan ini?
Mari berbagi agar orang lain juga terinspirasi.
6 comments
waah, seneng kalau masih ada kegiatan seperti ini..
BalasHapusterutama bersama warga. aku kangen hal itu, di tempatku sudah tidak ada lagi :(
iya mbak..sebagai ajang silaturahmi
Hapusada kebersamaan kalau makan kembulan :D
BalasHapustrik yang seharusnya dipahami oleh orang tua khususnya ibu dong yah...sebab jika balita rukun-rukun saja tanpa sekalipun ribut, nggak seru juga sih, tapi dengan kita orang tua tahu ilmunya merukunkan kan bisa bikin kita enjoymelenoy...dong kan?
BalasHapusbaru tau ada istilah kembulan mbak
BalasHapusWow seru juga ya makan bareng gitu 😀 biasanya anak2 yg susah makan jadi kepicu untuk balapan makan
BalasHapus