Konten [Tampil]
Musium Dirgantara Albertus Sulaksono |
Pagi ini duo krucilku yang masih
bersekolah di TK bersemangat sekali. Karena akan ada acara puncak tema dari
sekolahan. Kegiatan puncak temanya adalah berkunjung ke Lanud Abdulrahman Saleh di Malang. Kebetulan tema yang
dipelajari adalah tentang kendaraan.
Hari-hari biasanya duo krucilku
ini penuh drama apabila diminta bersiap berangkat ke sekolah. Yang inilah, yang
itulah. Beda dengan kakaknya yang sudah kelas dua SD yang selalu bangun pagi
dan tak pernah terlambat. Semoga saja, nanti kalau sudah masuk sekolah ke
jenjang berikutnya mereka bisa berubah hihihi.
Saking semangatnya, sebelum pukul
06.30 saya dan anak-anak sudah sampai di sekolah. Keadaan sudah ramai meskipun
belum datang semuanya. Segera anak-anak masuk ke sekolah. Sedangkan saya
bersalaman dengan ibu-ibu wali murid yang bergerombol di luar pagar sekolah.
Kira-kira pukul 07.00 anak-anak
sudah berbaris untuk naik ke kendaraan. Saya kebetulan menjadi wali murid
pendamping kelompok B-2 bersama mama Auna. Sebelum berangkat kami mendapatkan
informasi bahwa dua orang anak sedang tak enak badan dan seorang lagi baru saja
muntah-muntah. Mungkin karena terlalu banyak gerak, padahal perutnya terisi
penuh setelah sarapan. Dan ada beberapa anak yang biasanya mabuk kendaraan.
Diatas kendaraan, anak- anak yang
biasanya mabuk kendaraan duduk di depan bersama Bu Ely. Sedangkan yang lain duduk di
belakang. Bu Suniti duduk di deretan belakang supir, Mama Auna duduk di deretan
belakangnya. Sedangkan saya sendiri memilih duduk di pojok kanan belakang. Agar
mudah mengawasi anak-anak yang duduk di dekat jendela samping kanan. Masing-masing
deretan bangku dibekali beberapa kantung plastic takut kalau tiba-tiba ada yang
mabuk kendaraan.
Di perjalanan, secara bergantian
Bu Suniti dan Bu Eli mengajak anak-anak bernyanyi. Tidak lupa Bu Suniti
bermain sambung ayat surat An Naba bersama anak-anak. Hebat lho anak-anak B-2 sudah hafal surat AN-NABA’ yang panjangnya 40
ayat (terima kasih Bu Guru, semoga menjadi amalan yang berkah…Amiin).
Jalan raya padat merayap meskipun
tidak sampai macet. Anak-anak yang tidak sabaran banyak yang bertanya “kok
lama?”, “mana pesawatnya kok tidak kelihatan?”. Untuk menghibur mereka sayapun cuma
meminta mereka untuk sabar karena sebentar lagi sampai.
Berkunjung ke Musium Dirgantara A. Sulaksono
Ketika sampai di pangkalan
militer Abdulrahmansaleh kami segera menuju Musium dirgantara Albertus Sulaksono.
Setelah berbaris dan mendapat pengarahan dari bapak yang bertugas, anak-anak
didampingi para guru dan wali murid pendamping memasuki museum. Museum ini
berisi tentang sejarah Lanud Abdulrahman Saleh. Didalamnya terdapat berbagai
macam replica pesawat terbang yang digunakan di landasan udara ini. Ada juga
deretan foto-foto mantan komandan Lanud dari masa ke masa. Dan berbagai
perlengkapan penerbangan lainnya.
di dalam musium A.Sulaksono |
Museum terasa penuh sesak karena
kebetulan kami bersamaan dengan siswa dari beberapa sekolah lainnya. Kami hanya
melihat sekilas saja di dalam museum.
Mengunjungi Skuadron Teknik 022
Skuadron Teknik 022 |
Acara selanjutnya adalah
mengunjungi skuadron teknik 022. Ketika akan naik ke kendaraan ternyata
kendaraan untuk kelompok B-2 tidak ada. Rupanya ada yang perlu dibetulkan di
bengkel. Akhirnya kelompok B-2 dibagi dua, sebagian naik di mobil sekolah dan
sebagian lagi naik kendaraan kelompok A1.
mendengarkan pengarahan di skuatek 022 |
Setiba di Skatek 022, kami segera
masuk ke dalam hanggar. Hanggar pesawat yang luas ini adalah tempat
pemeliharaan pesawat. Didalamnya terdapat sebuah pesawat Hercules dan sebuah
pesawat lagi yang lebih kecil. Karena microphone dari bapak petugas tidak
terlalu jelas, maka saya mendengarnya pun kurang jelas. Pesawat yang lebih
kecil itu namanya apa hehehehe…maaf ya skip saja untuk yang ini.
Baca juga : Tips Lengkap Liburan Ceria Bersama Anak
Setelah mendapat pengarahan,
dengan bergantian masing-masing kelompok diajak untuk masuk ke dalam badan
pesawat. . Nampak beberapa anak takut bahkan sampai menangis dan tidak mau
masuk ke dalam pesawat Hercules yang memang gelap. Untunglah kelompok B-2
anaknya jempolan semua. Meskipun ada yang merasa takut tapi mereka bisa
mengalahkan rasa takut mereka. Buktinya mereka masuk semua ke dalam pesawat Hercules
dan keluar dengan senyum terkembang.
di dalam pesawat Hercules yang gelap |
Berpose disamping pesawat hercules |
Turun dari Hercules, anak- anak
berkumpul di samping pesawat dan mendapat kue dan minuman. Sambil istirahat
duduk ‘delosoran’ dilantai anak-anak menikmati kue dan minuman. Setelah beberapa
saat tiba-tiba datang bapak petugas yang mengatakan bahwa kami tidak boleh makan
dan minum di dekat pesawat, karena khawatir kalau akan membuat kotor hanggar. Yaaah…telat
Pak, makanan dan minumannya udah keburu habis. Hehehehe
Beliau juga menambahkan , agar
tidak duduk di lantai karena lantainya kotor. Betul juga, setelah kami melihat
celana anak-anak sudah hitam-hitam semua terutama di bagian pantat dan lutut. Yang
paling parah adalah celana anak laki-laki karena memang mereka energinya
berlebihan dibandingkan dengan anak perempuan.
Ngantri lagi untuk naik pesawat |
Setelah itu kami berbaris lagi
untuk masuk ke dalam pesawat yang lebih kecil. Saya tidak masuk ke dalam, hanya
menunggu diluar saja.
Setelah turun, anak-anak
dikumpulkan dan duduk (lagi) membentuk lingkaran. Ibu Suniti dan Ibu Ely
mengajak anak-anak untuk bermain. Sungguh hebat ibu-ibu guru ini, meskipun
beliau juga capek tapi seperti tak punya lelah untuk mengajak anak-anak
bermain. Anak-anak pun terlihat senang. Tidak ada wajah-wajah yang kusut. Ketika
di tanyakan apakah ada yang pusing, sakit perut, atau mual karena mabuk. Alhamdulillah
mereka tidak ada yang mengeluh. Memang, secara bergantian kami menanyakan
hal-hal tersebut kepada anak-anak. Khawatir kalau mereka mengeluhkan sesuatu
tapi tidak berani mengatakan.
Perjalanan Pulang ke Kepanjen
Jarum jam hampir menunjuk ke
angka sebelas ketika kami kembali naik kendaraan untuk perjalanan pulang. Untunglah
kendaraan yang kami naiki ketika berangkat tadi sudah selesai dibetulkan. Lagi-lagi
di dalam kendaraan, Bu Guru selalu berusaha untuk menjaga mood anak-anak dengan
cara bernyanyi dan bertepuk. Capek bernyanyi, anak-anak ada yang saling
bercerita, ada yang ketiduran. Bahkan ada yang bermain peran. Karena mereka
duduk di sebelah saya, saya jadi tahu, ada yang jadi ibunya, anaknya dan
sepertinya tadi ceritanya anaknya sedang sakit. Mereka tidak tahu kalau saya
juga mendengarkan hehehe.
ceria di dalam kendaraan |
Nampak sekali wajah-wajah bahagia
anak-anak. Bahkan yang dikhawatirkan mabuk kendaraan tidak terjadi. Jadi ingat,
pada waktu masih kecil dulu saya juga sering mabuk kendaraan, pada saat mabuk
rasanya tidak enak sekali. Perut rasanya seperti diaduk-aduk dan kepala rasanya
berat. Karena saya sebelum naik kendaraan sudah takut mabuk duluan. Akibatnya mabuk
kendaraan betulan.
Daaaan … anak- anak kelompok B-2
tadi tidak ada yang mabuk kendaraan. Itu semua tak lepas dari peran Ibu-Ibu
guru. Yang seperti ‘batterai full charged’ selalu mengajak anak-anak bergembira
sehingga mereka lupa kalau mereka biasanya mabuk kendaraan. Dua jempol untuk bu
Guru , sebenarnya saya mau memberi jempol lebih bu, tapi sementara itu dulu ya
hehehe.
Baca juga : Agar Anak Tak Rewel Saat Pertama Masuk Sekolah
Oh ya saya juga menyampaikan
terimakasih dan permohonan maaf kepada mama-mama yang menitipkan anak-anak pada
kegiatan puncak tema tadi. Terimakasih karena telah memberikan kami kepercayaan.
Kami sama-sekali tidak membeda-bedakan meskipun anak-anak kami juga ikut dalam
rombongan. Dan anak-anak pun sebenarnya merasa bangga ketika mereka diberi
kepercayaan untuk berangkat sendiri tanpa di damping orang tua. Mereka merasa
dianggap sudah besar, tentu saja hal ini menambah kepercayaan diri anak-anak. Terbukti
tadi ada yang marah-marah ketika tahu bahwa orang tuanya datang untuk melihat. Mungkin
dia merasa malu pada teman-temannya.
Sudah sewajarnya kita sebagai
orang tua memiliki rasa khawatir. Tapi kekhawatiran itu jangan sampai menjadi
penghalang untuk kemandirian anak kita. Karena suatu saat dia akan jadi dewasa
dan jadi dirinya sendiri. Kita tidak akan selalu ada di samping mereka untuk
menyelesaikan masalah mereka. Tidak salah apabila kita melatih mereka
menghadapi kehidupan.
Baca juga : Anak Saya Masuk SD Umur 7 Tahun
Saya menyebut dengan istilah “memberi
kepercayaan kepada anak”, ketika melepas mereka untuk mengikuti kegiatan yang
tidak didampingi oleh orang tua seperti ini. Dengan memberi kepercayaan, saya
harap anak saya akan lebih mandiri, bertanggung jawab dan tahu bagaimana dia
harus bersikap ketika menghadapi masalah. Karena jika kita mengajari anak-anak bersikap ketika masih kecil akan menjadi bekal
ketika mereka dewasa nanti. Salut deh pada mama-mama yang mengajarkan
kemandirian sejak dini kepada anak-anak.
Permintaan maafnya saya sampaikan, apabila tadi ada yang kurang
berkenan. Maafkanlaaah….bacanya sambil nyanyi ya…. Hehehe.
Sesampai di sekolah, anak-anak
kembali diajak masuk ke kelas untuk mendapatkan makan siang. Alhamdulillah perjalanan
lancar dan anak-anak senang. Terima kasih ya Ibu-Ibu Guru, terima kasih Tk Aisyiah
Bustanul Athfal sudah berbagi pengalaman yang menyenangkan dengan anak-anak
kami.
0 comments