Konten [Tampil]
Memang sejak pertama kali belajar bicara, anak-anak dikenalkan dengan Bahasa Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan oleh lingkungan sekitar rumah kami hampir semuanya menggunakan bahasa Jawa. Bukan karena sok atau gengsi mengajari anak berbahasa Jawa. Tapi karena kami punya alasan tersendiri mengapa bahasa yang pertama kami kenalkan ke anak-anak adalah bahasa Indonesia.
Yang pertama : karena banyak saudara yang tinggal di luar kota dan di luar Jawa. Otomatis bahasa yang digunakan apabila berkomunikasi dengan mereka adalah bahasa Indonesia. Mengenalkan bahasa Indonesia sejak dini diharapkan dapat menghilangkan kecanggungan bila anak-anak bertemu dengan saudara yang jauh.
Yang kedua : agar anak lebih mudah memahami apabila dibacakan buku cerita, ataupun menonton acara anak-anak di televisi.
Yang ketiga : harapan kami apabila mereka sekolah kelak akan lebih mudah memahami penjelasan dari guru.
Yang keempat : bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan sehari-hari di lingkungan rumah kami. Jadi tanpa diajari pun anak-anak pasti akan menguasainya.
Dan benar juga dugaan kami. Meskipun pada awal mereka belajar berbicara dikenalkan dengan bahasa Indonesia, namun ketika sudah berbaur dengan lingkungan, bermain dengan teman sebaya, bahasa Jawa kini sudah menjadi bahasa mereka sehari-hari. Tentu saja sebagai orang tua saya juga menggunakannya di rumah, terutama apabila ada kata-kata baru yang mereka kenal atau tentang penggunaan kata yang benar pada ucapan.
Namun ternyata, ketika si sulung masuk Sekolah Dasar , bahasa Jawa terasa lebih sulit dari bahasa Inggris. Padahal setiap hari di rumah sudah menggunakan bahasa Jawa.
Ada yang terlupa disini. Yaaa.. Saya lupa bahwa saya tinggal di Indonesia bagian Malang, di Kepanjen tepatnya. Bahasa Jawa yang digunakan disini amat jauh berbeda, dengan bahasa yang digunakan dalam buku teks di sekolah.
Kalau saja saya tinggal di kecamatan Donomulyo, Sumbermanjing Kulon atau Kalipare maka anak saya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti, karena di tiga kecamatan tersebut, secara umum masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa yang lebih halus.
Sedangkan kecamatan lainnya di kabupaten Malang, didominasi oleh bahasa Jawa Malangan dan Madura.
Seperti yang kita tahu, suku yang ada di kabupaten Malang ini mayoritas adalah suku Jawa dan Madura. Yang kemudian seiring dengan berjalannya waktu lahirlah anak-anak pendalungan yaitu keturunan Jawa dan Madura. Seperti saya ini.
Ada anak-anak pendalungan yang masih lekat dengan bahasa Madura, namun ada juga yang bahkan tidak mengerti sama sekali bahasa Madura. Contohnya saya (lagi). Tapi saya bangga kok berdarah madura heheheh.
Keluarga sangat berpengaruh pada penggunaan bahasa yang digunakan oleh anak-anak mereka. Taruhlah saya sebagai contoh, meskipun lingkungan sekitar rumah orang tua saya banyak yang sesama pendalungan juga, dimana mereka menggunakan dua bahasa dalam keseharian mereka yaitu Madura dan Jawa. Tapi karena di rumah orang tua saya hanya menggunakan bahasa Jawa (dan Indonesia tentunya), saya jadi tidak mengerti sama sekali bahasa Madura. Terlebih Bapak saya langganan majalah Bahasa Jawa, yang bahasa Jawanya itu kulonan, alias bahasa Jawa yang halus, jadi makin jago saya ngomong Jawanya . Sehingga saya dulu tidak pernah kesulitan dengan pelajaran bahasa Jawa.
Dalam bahasa Jawa dibedakan antara bahasa ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu dan krama alus. Penggunaannya tergantung pada siapa lawan bicaranya. Apakah orang yang lebih muda dari kita, teman sebaya, orang tua atau orang lain yang lebih dihormati.
Uniknya bahasa Jawa Malangan ini berbeda dengan bahasa Jawa dari daerah lain hanya pada bahasa ngoko-nya saja. Sedangkan untuk Krama alusnya tidak berbeda.
Dan yang lebih ekstrim lagi, di Malang ada bahasa khas Malang yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahasa itu adalah bahasa walikan. Yaitu mengucapkan kata-kata dengan cara membacanya dari belakang. Namun saya tidak akan membahasnya kali ini.
Kembali ke kesulitan belajar bahasa Jawa. Dalam buku pelajaran bahasa Jawa dan LKS yang diperoleh dari sekolah, bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang biasa kami menyebutnya dengan bahasa Jawa kulonan.
Dimana bahasa Jawa kulonan itu lebih halus dari bahasa Malangan. Akibatnya, meskipun anak saya sehari-hari sudah menggunakan bahasa Jawa di rumah tapi masih kesulitan dalam mempelajari bahasa Jawa yang diajarkan di sekolah.
Banyak sekali kata-kata yang tidak dia pahami, bahkan belum pernah dia dengar sama-sekali. Berikut ini saya berikan contoh bahasa yang kami gunakan sehari-hari dirumah, dibandingkan dengan bahasa Jawa yang dipelajari di sekolah berikut artinya.
Bahasa Jawa Malangan
|
Bahasa Jawa Kulonan
|
Bahasa Indonesia
|
Yo opo
|
Piye/kepriye
|
bagaimana
|
Ndik (ndik endi?)
|
Ing (ing endi?)
|
Di (di mana?)
|
Teka (teka endi)
|
Saka (saka ngendi?)
|
Dari (dari mana?)
|
Ate (ate nandi?)
|
Arep (arep nandi?)
|
Mau {ke} (mau ke mana?)
|
mari
|
rampung
|
selesai
|
celukane
|
undangane
|
{nama} panggilannya
|
jelas
|
cetha
|
jelas
|
ketok
|
katon
|
terlihat
|
iko
|
kae
|
Itu (jauh)
|
iku
|
kuwi
|
Itu (dekat)
|
judul
|
Irah-irahan
|
judul
|
ambune
|
gandane
|
baunya
|
jumlahe
|
cacahe
|
jumlahnya
|
Tabel diatas menunjukkan sebagian kecil kata dalam bahasa Jawa Malangan yang berbeda dengan bahasa Jawa kulonan yang digunakan dalam pelajaran sekolah.
Awal masuk sekolah dan mendapatkan pelajaran bahasa Jawa, si sulung banyak bertanya pada saya tentang arti dari masing-masing kata. Maklum, mau saya suruh cari sendiri di kamus, tapi kamusnya tidak ada. Syukurlah kesulitan itu hanya muncul di awal saja. Karena seiring dengan berjalannya waktu, anak saya sudah mulai paham dan hafal.
Itulah salah satu keunikan tinggal di Indonesia terutama Indonesia bagian Malang hehehe... Keragaman bahasa itu hanya sebagian kecil dari keragaman Indonesia yang kaya akan budaya daerah. Untunglah ditengah-tengah bahasa daerah yang jumlahnya puluhan bahkan mungkin ratusan, ada bahasa Indonesia yang menyatukan kita semua.
Mari kita berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dan tetap gunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari kita.
0 comments