Konten [Tampil]
Bukak Tithik... Jozz
Retno Wardani
15 Sep 2013 | 12:19
Bukannya ikut ikutan latah fenomena goyang cesar yang lagi ngetrend di tv, tapi memang apa yang akan saya ceritakan adalah kejadian yang sebenarnya. Saya lahir dan dibesarkan di desa yang jah dari kota di bagian selatan kabupaten Malang, kurang lebih 40 km dari kota Malang.
Di desa terpencil seperti desa saya, pasar tidak buka setiap hari, tapi buka hnya pada hari-hari khusus sesuai dengan hitugan jawa yang disebut pasaran . Kebetulan di desa saya , hari pasar jatuh pada pasaran wage dan pahing. Jadi kurang lebih ada dua sampai 3 kali hari pasar dalam seminggu. Dan yang saya ceritakan ini adalah kejadian yang berlangsung sampai awal tahun 90-an. Pada tahun-tahun itu, masih banyak ibu-ibu atau mbok-mbok yang menggunakan kebaya dan kain panjang (sewek-jawa) sebagai pakaian sehari-hari.
Pada hari pasar, sejak pagi buta masyarakat sudah berduyun-duyun berangkat ke pasar dengan berjalan kaki , karena memang belum ada angkot, bahkan pemilik sepeda motor pun sangat jarang. Mereka berangkat bersama rombongan maupun sendiri-sendiri. Masing masing membawa hasil kebun untuk dijual di pasar. Ada yang membawa kelapa,pisang maupun sayur seperti kacang panjang. Karena bawaan mereka sangat banyak dan berat, maka mereka membawa dengan cara digendong ataupun dijunjung (disunggi-jawa). Hebatnya meskipun mereka menjunjung bawaan yang berat,mereka tidak harus memegangi bawaan terssebut, karena sudah terlatih.
Dari tadi cerita panjang lebar tapi kok gak ada hubungannya sama judul? Hehehe..sabar dulu ya……
Karena bawaan yang berat itu tadi,jadi kalo ada keperluan apa-apa mereka segan untuk menaik turunkan bawaan mereka, meskipun dalam keadaan terdesak seperti buang air kecil…nah lo..kalo kebelet pipis gimana coba???
Beruntung sekali jalanan di desa banyak kelokannya, jadi kalo kebelet pipis ibu-ibu atau mbok-mbok itu tinggal celingak-celinguk setelah dirasa sepi….daaann….bukak tithik…jozzz…eh bukak thithik ewes-ewes…diangkatlah si kain panjang lalu mengalirlah hasrat yang sudah tertahan dan mengendurlah otot-otot disekitar area itu….legaaaa.
Setelah HiV (Hasrat Ingin Vivis) terlampiaskan dengan santainya mereka menurukan kain panjang mereka kembali. Dan berjalan dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Begitulah tanpa kamar mandi dan air bersih, HIV pun sirna.
Harusnya, artikel ini saya beri judul bukak tithik ewes-ewes…hehehe…..terimakasih sudah berkenan membaca artikel ini, semoga dapat menghibur. Salam kenal dari saya.
*retno wardani*
Di desa terpencil seperti desa saya, pasar tidak buka setiap hari, tapi buka hnya pada hari-hari khusus sesuai dengan hitugan jawa yang disebut pasaran . Kebetulan di desa saya , hari pasar jatuh pada pasaran wage dan pahing. Jadi kurang lebih ada dua sampai 3 kali hari pasar dalam seminggu. Dan yang saya ceritakan ini adalah kejadian yang berlangsung sampai awal tahun 90-an. Pada tahun-tahun itu, masih banyak ibu-ibu atau mbok-mbok yang menggunakan kebaya dan kain panjang (sewek-jawa) sebagai pakaian sehari-hari.
Pada hari pasar, sejak pagi buta masyarakat sudah berduyun-duyun berangkat ke pasar dengan berjalan kaki , karena memang belum ada angkot, bahkan pemilik sepeda motor pun sangat jarang. Mereka berangkat bersama rombongan maupun sendiri-sendiri. Masing masing membawa hasil kebun untuk dijual di pasar. Ada yang membawa kelapa,pisang maupun sayur seperti kacang panjang. Karena bawaan mereka sangat banyak dan berat, maka mereka membawa dengan cara digendong ataupun dijunjung (disunggi-jawa). Hebatnya meskipun mereka menjunjung bawaan yang berat,mereka tidak harus memegangi bawaan terssebut, karena sudah terlatih.
Dari tadi cerita panjang lebar tapi kok gak ada hubungannya sama judul? Hehehe..sabar dulu ya……
Karena bawaan yang berat itu tadi,jadi kalo ada keperluan apa-apa mereka segan untuk menaik turunkan bawaan mereka, meskipun dalam keadaan terdesak seperti buang air kecil…nah lo..kalo kebelet pipis gimana coba???
Beruntung sekali jalanan di desa banyak kelokannya, jadi kalo kebelet pipis ibu-ibu atau mbok-mbok itu tinggal celingak-celinguk setelah dirasa sepi….daaann….bukak tithik…jozzz…eh bukak thithik ewes-ewes…diangkatlah si kain panjang lalu mengalirlah hasrat yang sudah tertahan dan mengendurlah otot-otot disekitar area itu….legaaaa.
Setelah HiV (Hasrat Ingin Vivis) terlampiaskan dengan santainya mereka menurukan kain panjang mereka kembali. Dan berjalan dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Begitulah tanpa kamar mandi dan air bersih, HIV pun sirna.
Harusnya, artikel ini saya beri judul bukak tithik ewes-ewes…hehehe…..terimakasih sudah berkenan membaca artikel ini, semoga dapat menghibur. Salam kenal dari saya.
*retno wardani*
Dibaca : 565 kali
0 comments