Konten [Tampil]
Cerita ini mengisahkan tentang tiga orang bersaudara yaitu Atha, Aisya dan Aksa. Taksaka adalah singkatan dari ketiga nama tersebut. Atha si anak sulung berumur dua belas tahun, badannya tegap, berambut ikal dan bermata sipit. Anak kedua bernama Aisya berumur sepuluh tahun, badannya ramping, berambut lurus, dan bermata lebar, kalau tersenyum manis sekali. Sedangkan anak ketiga bernama Aksa, anak lelaki berumur sembilan tahun itu mempunyai lesung pipit, berkulit sawo matang dan bermata tajam.
Ketiga bersaudara ini tidak terpisahkan, kemanapun mereka pergi, selalu bertiga. Kebersamaan, rasa ingin tahu dan keberanian membawa mereka ke dalam petualangan yang menegangkan sekaligus mengasyikkan untuk disimak.
PETUALANGAN TAKSAKA
SERI : Boneka flannel Vinni
Liburan sekolah telah usai, kini saatnya kembali ke rumah. Kembali ke sekolah, bertemu dengan teman-teman dan mengerjakan tugas dari sekolah. Demikian juga dengan Atha, Aisya dan Aksa, setelah menghabiskan liburan di rumah nenek yang letaknya di desa.
Hari itu seperti biasa, setelah pulang sekolah Atha dan Aisya beristirahat dirumah. Atha sibuk membaca buku, sementara Aisya sedang membuat boneka dari kain flanel. Sedangkan Aksa sudah dijemput oleh Adi dan mamanya untuk mengerjakan tugas prakarya di rumah Adi. Aksa berangkat setelah pulang sebentar untuk makan dan mengambil baju untuk mengaji.
Boneka yang dibuat Aisya berbentuk kura-kura yang lucu. Karena kain flanelnya kurang, salah satu kaki boneka tersebut memiliki warna yang berbeda dengan kaki lainnya.
"Hahaha....mana ada boneka kura-kura yang warna kakinya nggak sama kayak gitu" Atha mentertawakan adiknya. "Biarin...aku sudah janji akan memberi boneka pada Vinni hari ini" jawab Aisya. "Besok kalau sudah dibelikan kain flanel lagi, Vinni akan kubuatkan yang lebih bagus" sahut Aisya lagi.
"Nah sudah jadi, aku akan ke rumah Vinni dulu" kata Aisya sambil berlari ke rumah Vinni. Sampai di rumah Vinni, suasana sepi karena kedua orang tuanya bekerja. Vinni diumah hanya ditemani mbok Yem, yang mengasuh Vinni sejak masih kecil.
"Vin, ini bonekanya". Aisya menyerahkan boneka itu. "aih lucu sekali, terimakasih ya Aisya". Vinni kemudian memasang boneka yang sudah diberi gantungan tersebut pada resleting tas laptop yang ada di dekatnya.
Di luar pagar rumah Vinni nampak seorang perempuan berpakaian rapi. Nampak mata perempuan tesebut menyapu jalan dan sekeliling rumah, Aisya merasa aneh melihat gelagat wanita itu. Tiba-tiba wanita itu berkata dengan nada suara yang dibuat-buat. "Mbok, tadi saya disuruh ibu untuk mengambil laptop. katanya mau dipakai di kantor" kata perempuan itu. "tapi tadi ibu tidak berpesan apa-apa sama saya" kata mbok Yem bingung. "Saya telepon dulu ya" lanjut mbok Yem. " Tidak usah telepon, ibu tidak mau ditelepon. Ibu berpesan demikian karena sedang rapat dengan pimpinan" kata perempuan itu semakin meyakinkan.
Akhirnya laptop berikut tas dan boneka dari Aisya berpindah tangan ke perempuan itu, dia kemudian berpamitan. Perasaan mbok Yem tidak enak, kemudian dia menelpon ibu Vinni, ternyata beliau tidak menyuruh siapapun untuk mengambil laptop.
--------
Sore harinya, Atha dan Ai menjemput Aksa di rumah Adi sekaligus berangkat mengaji. Rumah Adi ada di Perumahan yang berbeda, namun jaraknya tidak terlalu jauh. Dengan menaiki sepeda masing-masing, mereka berangkat.
Kedua anak tersebut melewati pos satpam di perumahan tempat tinggal Adi. Setelah menjemput Aksa, ketiganya menuju ke tempat mengaji. Aksa dibonceng oleh Atha. Masih di dalam perumahan tempat tinggal Adi, ketika mereka melihat perempuan naik sepeda motor yang dikendarainya perlahan. Aisya nampak tak asing dengan perempuan tersebut. Tapi Aisya lupa siapa dia. Tiba-tiba Atha menghentikan sepedanya.
"Bonekamu, ya itu tadi boneka flanelmu menyembul dari tas perempuan yang baru saja lewat" kata Atha. Ai tiba-tiba teringat sesuatu. "Sini" kata Atha, lalu dia berbisik-bisik, diikuti anggukan kepala kedua adiknya.
Dua sepeda yang dinaiki ketiga anak tersebut berputar arah. Atha mengayuh sepedanya dengan cepat, diikuti Aisya. Kayuhannya dipercepat ketika melihat perempuan bersepeda motor tadi. Disalipnya perempuan itu....tiba-tiba laju sepedanya agak berbelok ke kiri, sehingga menghadang jalan sepeda motor tersebut. Setelah agak oleng, sepeda Atha berhenti tiba-tiba. Hampir saja Atha dan Aksa terjatuh dari sepeda. Karena jaraknya terlalu dekat, motor juga ikut berhenti, sementara itu mata Aisya melirik tas. Setelah mendapat kode dari Aisya, Atha berkata pada perempuan itu "Maaf tante, sepeda saya oleng". "Iya ,tidak apa-apa dik" jawab wanita itu sambil buru-buru menstarter sepeda motornya.
"Bagaimana Ai, bagianmu beres?" tanya Atha " sipp" jawab Aisya. lalu Atha menoleh ke arah Aksa "Tugasmu Aksa?" . "beres" jawab Aksa. "ayo cepat kita ke pos satpam" seru Atha. Ketiganya menuju ke pos satpam.
Dengan nada suara yang tegas dan gaya yang meyakinkan, ketiga anak tersebut menceritakan kejadian yang baru dialaminya pada Pak Satpam. Atha menjelaskan tentang kejadian yang menimpa Vinni, Ai menjelaskan tentang boneka dari kain Flanel yang dia lihat di tas perempuan itu. Sedangkan Aksa, memberikan nomor kendaraan perempuan tersebut. Nampak kedua Satpam mengangguk-angguk mendengar penjelasan ketiga anak itu.
"OK dik, saya akan menelpon teman saya yang ada di pos satpam bagian belakang" kata pak Satpam yang lebih kurus. Ketiga anak tersebut menunggu dengan harap-harap cemas, apa yang akan terjadi selanjutnya.
Setelah beberapa saat telepon di ruang satpam berdering. Pak satpam nampak berbicara serius, sambil sekali-kali mengangguk, kemudian senyumnya mengembang.
"Kecurigaan kalian terbukti anak-anak, perempuan yang kalian ceritakan tadi sudah diamankan teman bapak" kata pak satpam tersebut. "Sekarang, masih di pos satpam pintu belakang menunggu polisi datang untuk diproses lebih lanjut" lanjut pak satpam itu lagi.
"Alhamdulillah.." kata ketiga anak itu. "Wah nggak sia-sia aksiku tadi...ngebut sampai ngepot-ngepot" kata Atha sambil tertawa. Semua orang yang mendengarnya turut tertawa.
"Bapak ucapkan terima kasih pada kalian, aksi kalian tadi sungguh berani, kami salut pada kalian" kata salah satu pak satpam itu. "Ah Bapak terlalu berlebihan, kami hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan" jawab Atha merendah. " Boleh kami permisi pak? sudah sore, kami masih harus mengaji" pamit Atha. " oh ya silahkan, tapi sebelumnya bapak minta alamat kalian, siapa tahu suatu saat dibutuhkan polisi saat menyerahkan barang bukti".
Setelah selesai menuliskan alamat, ketiganya meninggalkan pos satpam tersebut. Sepanjang perjalanan tak habis-habisya mereka membicarakan peristiwa yang baru terjadi. "yang aku heran, kenapa perempuan tadi kok tidak mengenali mbak Ai ya...padahal kan sudah bertemu di rumah Vinni" kata Aksa. "Tadi mbak ai pakai baju santai di rumah, sekarang udah ganti baju" jawab Ai. "Ooooooooooo" jawaban Aksa panjang sekali sampai membuat kedua kakaknya tertawa terbahak-bahak.
Ketiga bersaudara ini tidak terpisahkan, kemanapun mereka pergi, selalu bertiga. Kebersamaan, rasa ingin tahu dan keberanian membawa mereka ke dalam petualangan yang menegangkan sekaligus mengasyikkan untuk disimak.
PETUALANGAN TAKSAKA
SERI : Boneka flannel Vinni
Liburan sekolah telah usai, kini saatnya kembali ke rumah. Kembali ke sekolah, bertemu dengan teman-teman dan mengerjakan tugas dari sekolah. Demikian juga dengan Atha, Aisya dan Aksa, setelah menghabiskan liburan di rumah nenek yang letaknya di desa.
Hari itu seperti biasa, setelah pulang sekolah Atha dan Aisya beristirahat dirumah. Atha sibuk membaca buku, sementara Aisya sedang membuat boneka dari kain flanel. Sedangkan Aksa sudah dijemput oleh Adi dan mamanya untuk mengerjakan tugas prakarya di rumah Adi. Aksa berangkat setelah pulang sebentar untuk makan dan mengambil baju untuk mengaji.
Boneka yang dibuat Aisya berbentuk kura-kura yang lucu. Karena kain flanelnya kurang, salah satu kaki boneka tersebut memiliki warna yang berbeda dengan kaki lainnya.
"Hahaha....mana ada boneka kura-kura yang warna kakinya nggak sama kayak gitu" Atha mentertawakan adiknya. "Biarin...aku sudah janji akan memberi boneka pada Vinni hari ini" jawab Aisya. "Besok kalau sudah dibelikan kain flanel lagi, Vinni akan kubuatkan yang lebih bagus" sahut Aisya lagi.
"Nah sudah jadi, aku akan ke rumah Vinni dulu" kata Aisya sambil berlari ke rumah Vinni. Sampai di rumah Vinni, suasana sepi karena kedua orang tuanya bekerja. Vinni diumah hanya ditemani mbok Yem, yang mengasuh Vinni sejak masih kecil.
"Vin, ini bonekanya". Aisya menyerahkan boneka itu. "aih lucu sekali, terimakasih ya Aisya". Vinni kemudian memasang boneka yang sudah diberi gantungan tersebut pada resleting tas laptop yang ada di dekatnya.
Di luar pagar rumah Vinni nampak seorang perempuan berpakaian rapi. Nampak mata perempuan tesebut menyapu jalan dan sekeliling rumah, Aisya merasa aneh melihat gelagat wanita itu. Tiba-tiba wanita itu berkata dengan nada suara yang dibuat-buat. "Mbok, tadi saya disuruh ibu untuk mengambil laptop. katanya mau dipakai di kantor" kata perempuan itu. "tapi tadi ibu tidak berpesan apa-apa sama saya" kata mbok Yem bingung. "Saya telepon dulu ya" lanjut mbok Yem. " Tidak usah telepon, ibu tidak mau ditelepon. Ibu berpesan demikian karena sedang rapat dengan pimpinan" kata perempuan itu semakin meyakinkan.
Akhirnya laptop berikut tas dan boneka dari Aisya berpindah tangan ke perempuan itu, dia kemudian berpamitan. Perasaan mbok Yem tidak enak, kemudian dia menelpon ibu Vinni, ternyata beliau tidak menyuruh siapapun untuk mengambil laptop.
--------
Sore harinya, Atha dan Ai menjemput Aksa di rumah Adi sekaligus berangkat mengaji. Rumah Adi ada di Perumahan yang berbeda, namun jaraknya tidak terlalu jauh. Dengan menaiki sepeda masing-masing, mereka berangkat.
Kedua anak tersebut melewati pos satpam di perumahan tempat tinggal Adi. Setelah menjemput Aksa, ketiganya menuju ke tempat mengaji. Aksa dibonceng oleh Atha. Masih di dalam perumahan tempat tinggal Adi, ketika mereka melihat perempuan naik sepeda motor yang dikendarainya perlahan. Aisya nampak tak asing dengan perempuan tersebut. Tapi Aisya lupa siapa dia. Tiba-tiba Atha menghentikan sepedanya.
"Bonekamu, ya itu tadi boneka flanelmu menyembul dari tas perempuan yang baru saja lewat" kata Atha. Ai tiba-tiba teringat sesuatu. "Sini" kata Atha, lalu dia berbisik-bisik, diikuti anggukan kepala kedua adiknya.
Dua sepeda yang dinaiki ketiga anak tersebut berputar arah. Atha mengayuh sepedanya dengan cepat, diikuti Aisya. Kayuhannya dipercepat ketika melihat perempuan bersepeda motor tadi. Disalipnya perempuan itu....tiba-tiba laju sepedanya agak berbelok ke kiri, sehingga menghadang jalan sepeda motor tersebut. Setelah agak oleng, sepeda Atha berhenti tiba-tiba. Hampir saja Atha dan Aksa terjatuh dari sepeda. Karena jaraknya terlalu dekat, motor juga ikut berhenti, sementara itu mata Aisya melirik tas. Setelah mendapat kode dari Aisya, Atha berkata pada perempuan itu "Maaf tante, sepeda saya oleng". "Iya ,tidak apa-apa dik" jawab wanita itu sambil buru-buru menstarter sepeda motornya.
"Bagaimana Ai, bagianmu beres?" tanya Atha " sipp" jawab Aisya. lalu Atha menoleh ke arah Aksa "Tugasmu Aksa?" . "beres" jawab Aksa. "ayo cepat kita ke pos satpam" seru Atha. Ketiganya menuju ke pos satpam.
Dengan nada suara yang tegas dan gaya yang meyakinkan, ketiga anak tersebut menceritakan kejadian yang baru dialaminya pada Pak Satpam. Atha menjelaskan tentang kejadian yang menimpa Vinni, Ai menjelaskan tentang boneka dari kain Flanel yang dia lihat di tas perempuan itu. Sedangkan Aksa, memberikan nomor kendaraan perempuan tersebut. Nampak kedua Satpam mengangguk-angguk mendengar penjelasan ketiga anak itu.
"OK dik, saya akan menelpon teman saya yang ada di pos satpam bagian belakang" kata pak Satpam yang lebih kurus. Ketiga anak tersebut menunggu dengan harap-harap cemas, apa yang akan terjadi selanjutnya.
Setelah beberapa saat telepon di ruang satpam berdering. Pak satpam nampak berbicara serius, sambil sekali-kali mengangguk, kemudian senyumnya mengembang.
"Kecurigaan kalian terbukti anak-anak, perempuan yang kalian ceritakan tadi sudah diamankan teman bapak" kata pak satpam tersebut. "Sekarang, masih di pos satpam pintu belakang menunggu polisi datang untuk diproses lebih lanjut" lanjut pak satpam itu lagi.
"Alhamdulillah.." kata ketiga anak itu. "Wah nggak sia-sia aksiku tadi...ngebut sampai ngepot-ngepot" kata Atha sambil tertawa. Semua orang yang mendengarnya turut tertawa.
"Bapak ucapkan terima kasih pada kalian, aksi kalian tadi sungguh berani, kami salut pada kalian" kata salah satu pak satpam itu. "Ah Bapak terlalu berlebihan, kami hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan" jawab Atha merendah. " Boleh kami permisi pak? sudah sore, kami masih harus mengaji" pamit Atha. " oh ya silahkan, tapi sebelumnya bapak minta alamat kalian, siapa tahu suatu saat dibutuhkan polisi saat menyerahkan barang bukti".
Setelah selesai menuliskan alamat, ketiganya meninggalkan pos satpam tersebut. Sepanjang perjalanan tak habis-habisya mereka membicarakan peristiwa yang baru terjadi. "yang aku heran, kenapa perempuan tadi kok tidak mengenali mbak Ai ya...padahal kan sudah bertemu di rumah Vinni" kata Aksa. "Tadi mbak ai pakai baju santai di rumah, sekarang udah ganti baju" jawab Ai. "Ooooooooooo" jawaban Aksa panjang sekali sampai membuat kedua kakaknya tertawa terbahak-bahak.
0 comments